Obama Ingin Fokus ke Asia

Senin, 12 November 2012


Washington, (Analisa). Presiden Barack Obama mempersiapkan masa jabatan empat tahun barunya untuk melakukan re-orientasi Amerika Serikat kepada Asia.
Dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak menang kembali dalam pemilu presiden AS pekan lalu, Obama merencanakan kunjungan bersejaradalam h untuk mendorong reformasi di Myanmar, yang dipandang sebagai kunci sukses pertamanya, dan akan ke Thailand dan Kamboja.

Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Leon Panetta juga akan bertolak ke Asia bulan ini. Sementara pada saat bersamaan, Obama menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur di Kamboja, para ahli melihat hal tersebut menjadi pertanda yang kuat ke arah itu.

"Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata, kunjungan Obama bermaksud untuk fokus terhadap Asia pada masa jabatan keduanya ini," kata Ernie Bower dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, Minggu (11/11). poin perjalanan pertama presiden ke Asia Tenggara semata-mata adalah sejak perang Vietnam.

Obama menghabiskan sebagian masa kecilnya di Indonesia dan bersumpah untuk lebih memperhatikan Asia Tenggara, menjadi dinamis dan terlebih pada negara sekutu Amerika yang diabaikan saat pemerintahan George W Bush, dihabisi oleh perang di Irak dan Afghanistan.

"Meskipun isu-isu seperti Suriah tidak akan hilang, fakta bahwa Amerika Serikat tidak akan perang pada 2014 saat menarik pasukannya dari Afganistan akan membuat Asia bergerak pada agenda pemerintahan kedua ini," kata Senior berhaluan kiri Center for American Progress Nina Hachigian.

Obama awalnya fokus pada kerja sama dengan China, namun kemudian membeku, meningkatkan peran militer Amerika Serikat di negara-negara Asia Tenggara dan sekutu Amerika, Jepang, menuduh Beijing semakin agresif di wilayah yang diprtikaikan.

Pemilihan Presiden Amerika Serikat diselenggarakan sebelum China melakukan pergantian kepemimpinan satu dasawarsa sekali, dengan Xi Jinping, yang pemerintah Obama dukung dalam serangkaian pertemuan tingkat tinggi, untuk menggantikan presiden Hu Jiantao.

China mengkritik pesaing Obama, Mitt Romney, yang menuduh Obama bersikap terlalu lunak pada isu-isu hak asasi manusia, termasuk praktek perdagangan seperti mata uang Beijing diduga kurang dihargai.

Setelah kemenangan Obama, Kantor Berita China Xin Hua mendesak komentar Pemerintah Amerika untuk memikirkan kembali kebijakannya terhadap China, baik kerja sama di bidang terorisme, perubahan iklim dajn turbulensi ekonomi.

Tapi Walter Lohman, Direktur Pusat Studi Asia Heritage Foundation mengatakan bahwa Pemilihan Amerika dan perubahan kepemimpinan China akan mengubah dinamika hubungan antara dua negara terbesar ekonomi dunia.

Lohman mengatakan Amerika masih dihadapkan dengan China, ditandai dengan meningkatnya nasionalisme, pertumbuhan militer dan sikap agresif mengklaim daerah perbatasan.

"Ini bukan hanya retorika kampanye," kata Lohman soal kekhawatiran Amerika Serikat terhadap China.

"Hanya karena kita melalui musim yang buruk bukan berarti kita akan kembali pada hari-hari baik dahulu. Saya kira kita berada pada perbaikan yang panjang dengan China," kata Lohman.

Satu pertanyaan adalah bagaimana tim Obama berikutnya akan berdampak pada kebijakan Asia. Clinton telah membuat benua prioritas, namun dia berniat untuk meninggalkan pemerintahan bersama dengan diplomat energik di Asia Timur, Kurt Campbell.

Kunjungan Obama ke Myanmar akan bertemu dengan Presiden Thein Sein dan membebaskan oposisi Aung San Suu Kyi, yang tidak pernah terfikitkan ketika dia duduk di Gedung Putih empat tahun lalu.

Para pejabat Amerika Serikat menunjuk Myanmar, yang juga dikenal dengan Burma, sebagai sebuah kesuksesan deklarasi kebijakan Obama dalam pidato pelantikannya dalam memperpanjang tangan kepada musuh Amerika sebagai imbalan untuk kemajuan. Partai republik mengkritik tajam upaya dialog Obama dengan Iran dan Suriah.

Tapi kepala kampanye Amerika untuk kelompok advokasi Burma, mendesak Obama untuk tidak pergi ke negara itu, dia mengatakan bahwa angkatan militer masih bertugas dan akan diperkuat dengan kunjungan presiden.

Lohman memuji keputusan Obama untuk mengunjungi Thailand, sekutu tertua Amerika. Bush berkunjung dua kali ke kerajaan, tapi satu perjalanannya adalah untuk pertemuan puncak regional dan pada 2008, kunjungannya fokus pada Myanmar dan Olimpiade Beijing. Presiden Bill Clinton melakukan kunjungan kenegaraan ke Thailand pada 1996.

"Apakah dia akan pergi ke Kamboja, yang hubungannya dengan Thailand tidak stabil, dan tidak pergi ke Thailand sekutu Amerika, hal ini akan menjadi sebuah bencana," kata Lohman.


Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar