Wapres: Jumlah Wirausahawan Hanya 1,56 Persen

Selasa, 13 November 2012


Jakarta, (Analisa). Wakil Presiden Boediono mengajak kalangan swasta dan perbankan terus menerus melakukan program pelatihan kewirausahaan dan mentoring mengingat sampai saat ini jumlah wirausahawan di Indonesia masih kecil, yakni hanya 1,56 persen dari total penduduk.
"Saya juga meminta agar para pelaku pelatihan dan mentoring dari berbagai kalangan bisa bersinergi dan bergabung dalam sebuah forum komunikasi demi mencapai tujuan bersama pengembangan kewirausahaan secara nasional," kata Wapres saat membuka "Global Enterpreneurship Week" (GEW) 2012 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (12/11).

Hadir dalam acara itu Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, tokoh GEW Indonesia Ciputra dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Mark Canning serta Kauffman Foundation dari Amerika Serikat.

Padahal wirausahawan (enterpreneurs), menurut Boediono, adalah para pemimpin bangsa yang membawa perubahan dan pembaharuan. Peran mereka sangat strategis dalam pembangunan ekonomi. 

Bahkan sesungguhnya peran kewirausahaan sangat dibutuhkan di berbagai bidang untuk melakukan pembaharuan di negeri ini.

Menurut Wapres, untuk mengembangkan kewirausahaan ada sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi yang tentu saja bersinggungan dengan unit-unit bisnis yang menjadi wadah dari para wirausahawan tersebut. 

Boediono menilai ada sejumlah kategori yang sering diasosiasikan sebagai tantangan dalam mewujudkan unit bisnis, yakni pertama masalah penegakkan hukum sebagai masalah fundamental karena wirausahawan mustahil bisa mengembangkan usaha di suatu daerah yang masih terganggu keamanannya.

Kedua pertumbuhan makro ekonomi yang stabil. Sikap konservatif fiskal yang "prudent" adalah opsi terbaik dalam kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti. 

"Kalau makro-nya seperti yoyo atau "roller coaster", maka orang yang bisa usaha hanya mereka yang sangat pandai atau sangat spekulatif. Yang produktif normal akan mundur," kata Wapres.

Tantangan ketiga adalah masalah infrastruktur yang memiliki dampak besar bagi wirausahawan karena kebanyakan transaksi ekonomi pasti mencantumkan komponen biaya transportasi. 

"Studi Bank Dunia beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa investasi di luar perkotaan sangat dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya infrastruktur dasar yang memadai," katanya.

Keempat, kata Wapres Boediono, adalah regulasi dan aturan yang bisa mendukung atau sebaliknya justru menghambat wirausaha, terutama dalam era otonomi daerah ketika pemerintah daerah mengeluarkan aturan-aturan yang berpengaruh langsung pada pengembangan wirausaha,

Kelima tersedianya layanan finansial bagi bisnis mikro maupun makro karena hal ini akan mempengaruhi pengembangan suatu bisnis. 

"Dalam hal ini para perumus kebijakan sedang berusaha menjabarkan lebih jauh konsep "financial inclusion" karena dari situ bisa terjaring calon-calon wirausahawan muda," kata Wapres.

Gubernur BI darmin Nasution mengatakan dalam kampanye GEW ini BI melakukan program kerja penciptaan wirasauhawan baru di tujuh kantor BI antara lain Surabaya, Bandung, Makassar, Semarang, Palembang dan Yogya dengan target kelompok mahasiswa dan mantan Tenaga Kerja Indonseia (TKI). 

Pelatihan juga dilakukan di Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Institut Pertanian Bogor dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dari 1.570 peserta, terdapat 243 yang lolos seleksi untuk mengikuti pelatihan


Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar