Mobil Nasional Ramah Lingkungan Revolusioner

Selasa, 27 November 2012

Industri otomotif dunia sedang bersemangat untuk menjadi terdepan 
dalam memproduksi mobil hemat energi. Sedangkan Indonesia masih pada tahap berusaha membuat mobil, belum sampai pada mobil hemat energi dan ramah lingkungan. Namun, bukan berarti Indonesia tidak bisa langsung melompat atau bahkan melampaui industri otomotif kuat dalam memproduksi mobil yang revolusioner, yaitu mobil yang seluruh komponennya didesain untuk hemat energi secara signifikan. Asalkan kita punya semangat yang revolusioner dalam membuat mobil, maka mobil itu bukan sekadar mimpi. Lihat, perkembangan teknologi pesawat terbang yang semakin hari semakin ramah lingkungan menunjukkan mobil hemat revolusioner sangat mungkin dibuat oleh Indonesia.
Mumpung kita masih dalam tahap berusaha membuat mobil, saya ingin menyampaikan ide tentang mobil nasional Indonesia yang revolusioner itu. Bahwa ada yang kurang bahkan oleh industri otomotif kuat dunia dalam menjawab persoalan energi dan lingkungan ini. Jika kita tahu bahwa setidaknya mobil itu terdiri dari mesin, rangka, bodi dan roda, maka kita bisa tahu juga bahwa selama ini industri otomotif kuat dunia terlalu fokus pada persoalan bagaimana membuat mesin yang hemat energi saja. Sepertinya rangka dan bodi terlewatkan oleh mereka soal hemat - tidaknya bahan bakar. Oleh karena itu, mumpung Indonesia masih pada tahap berusaha membuat mobil, bagaimana jika pada tahap itu kita mendesain mobil hemat energi dengan menjadikan bodi sebagai bagian penting merancang mobil hemat energi. 

Unsur Plastik

Semua kita tahu plastik. Sepanjang yang kita amati, plastik banyak menggantikan peran logam pada sepeda motor. Dulu, sekitar tahun 70-an, sepeda motor terbuat hampir 100 persen logam. Sekarang, saking ringannya, bagian bodi bisa digantung dengan tali plastik di gantungan yang ringkih di toko-toko. Artinya apa? Artinya, industri mobil kita harus mulai membuat mobil dengan unsur plastik ini. Coba pikir, dengan plastik, mobil lebih ringan sehingga mesin bisa jauh lebih kecil. Selain lebih murah, mungkin proses pembuatannya lebih mudah dibanding membuat bodi dari logam. Mobil yang ringan, tentu saja tidak merusak aspal. Kalau tabrakan, kuat hempasan jauh lebih kecil dibanding mobil logam. Selain itu, coba pikirkan juga berapa banyak sampah plastik yang bisa menjadi mobil. Terakhir, kalau terperosok ke parit, tidak perlu mobil derek. 

Jadi, kalau industri otomotif dunia masih berputar-putar di wilayah mesin dalam membuat mobil hemat energi, dengan pemikiran yang berani revolusioner dan dedikasi yang tinggi, kita masukkan bodi mobil sebagai bagian penting dalam merancang mobil nasional hemat energi ini. Tak usah ragu karena kita masih dalam tahap berusaha membuat mobil. Tidak ada reputasi yang dipertaruhkan jika mobil tersebut belum memenuhi standar keamanan.

Saya pikir, ide ini bukan yang pertama. Tetapi, kita harus menjadi yang pertama melakukannya. Lihat, kalau Anda punya mobil logam seberat 2 ton dengan mesin 1600 cc, maka mungkin 50 persen tenaga yang disemburkan mesin hanya untuk menggerakkan mobil itu sendiri. Sisanya, 50 persen, untuk menggerakkan penumpangnya. Itu tidak efisien. Tapi kalau berat mobil bisa direduksi hingga 30-35 persen dibanding mobil logam, maka besar mesin juga bisa dikurangi. Hitunglah berapa persen penghematan yang bisa dilakukan, mungkin 30-35 persen juga, baik dari sisi bahan bakar maupun dari sisi harga mobil itu sendiri. Kalau pesawat terbang seperti Air Bus bisa membuat pesawat super jumbo yang lebih besar dan ternyata lebih irit, tidak ada alasan untuk tidak melakukannya pada kendaraan darat.

Sekarang, ayo kita berbuat revolusioner dalam membuat mobil nasional itu. Mungkin kita akan ditertawai mengapa membuat mobil-mobilan dari plastik. Tetapi, kita harus punya pendirian. Anda tahu bagaimana sebuah ide begitu populer di pasar? Pertama, ide itu ditolak atau bahkan dianggap gila. Kedua, dedikasi dan komitmen si pengusung ide membuat ide itu mulai dipertimbangkan. Lalu, ketiga, ide akan berterima. Lihat, selama ini dunia industri agak tutup mata dengan pasar kelas bawah sampai akhirnya produk China menjawabnya. Kita ingat, bahkan sampai hari ini, kita agak menjauh dari kumpulan teman-teman ketika menggunakan ponsel buatan China. Jadi, pelajarannya adalah selama produsen, konsumen, dan lingkungan hidup diuntungkan dengan adanya mobil revolusioner itu, produk itu akan berterima. Banyak ide gila yang kemudian jadi kenyataan. Sedangkan mobil plastik bukan ide gila yang sulit diwujudkan, tetapi ide realistis menjawab kebutuhan.

Jangan Ketinggalan Lagi

Bagi kita orang Indonesia yang penguasaan teknologi logamnya belum tinggi, mobil plastik adalah sebuah capaian di depan mata. Ini adalah peluang besar untuk Indonesia karena sebenarnya ide ini sudah ada di otak atau bahkan sudah sampai di lab uji coba industri otomotif besar dunia. Jadi, lepaskan penyakit ketinggalan kita selama ini. 

Penyakit bangsa kita selama ini adalah kalau tidak ketinggalan, ya terlalu kemajuan. Ketika mobil biasa produk asing sudah menguasai pasar, kita baru mulai buat. Bukan saya tidak mendukung mobil listrik, tetapi di negara maju sekalipun mobil listrik belum popular. Di negeri kita, listrik masih digerakkan dengan BBM. Artinya, kalau kita punya mobil listrik, ia tetap menggunakan BBM secara tidak langsung, bukan tidak menggunakan BBM sama sekali. Itu bukan menyelesaikan masalah, hanya memindahkan masalah saja. 

Jadi, langkah yang paling realistis adalah membuat mobil yang tidak ketinggalan, juga tidak terlalu maju ke depan. Tujuannya banyak : murah, lebih maju, hemat, sederhana, aman, dan ramah lingkungan. Kalau ini sudah dicapai, bukankah kita telah melakukan langkah yang revolusioner dalam menjawab persoalan energi dan lingkungan kita? 

Kepada konsumen kita, saya harus mengatakan bahwa kita selalu sepele dengan kreasi produk dalam negeri kita sendiri. Itu buruk! Kita sepele dengan produk yang murah apalagi buatan dalam negeri, tetapi tidak pula punya kemampuan untuk membeli produk yang mahal dan berkelas. Mau apa sebenarnya kita dengan sikap seperti itu? Satu hal yang harus dimengerti oleh orang Indonesia, bahwa selama ini soal produk seperti apa yang akan dihadirkan di pasar nanti adalah sepenuhnya persoalan di sisi produsen. Sekarang tidak lagi, ia adalah persoalan di sisi konsumen juga. Artinya, konsumen Indonesia harus lebih maju cara berpikirnya tentang produk seperti apa yang akan dibeli nanti demi mengamankan kantong dan lingkungan hidup kita. ***

Penulis adalah pemerhati sosial, alumnus STIK Pembangunan Medan


Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar