Dahlan Iskan, Potret Pemimpin yang Dirindukan Rakyat!

Senin, 26 November 2012

Siapa tidak senang kalau kerjanya bagus. Siapa tidak suka kalau
pekerjaannya memiliki mutu apalagi di tengah tengah krisis kepemimpinan di tanah air ini. Siapa yang tak mendambakan pemimpin yang benar benar anti korupsi! Siapa yang tak berharap negara ini dipimpin oleh orang yang tulus, jujur, memiliki integritas tinggi, memiliki komitmen yang utuh, memiliki tanggungjawab besar demi kepentingan orang banyak. Ingin memaju kembangkan bangsa dan mensejahterakan rakyat.
Kebutuhan ini sangat mendesak apalagi kalau kita setiap hari sejak 5 bulan terakhir ini rajin membaca koran. Seolah tak putus putusnya masalah. Dan seolah tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah. Bayangkan KPK dibentuk untuk memberangus korupsi, tetapi ada pula pihak pihak tertentu ingin melemahkan KPK. Kita berharap dengan adanya KPK para petugas di negara ini akan menjadi takut korupsi tetapi kelakuan berobah menjadi kongkalikong anggaran!

Tidak sampai di situ, BUMN pun menjadi santapan oknum legislatif. Tetapi ketika kepala ini pening memikirkan semua persoalan yang seolah tak kunjung usai itu, lalu ada orang yang berani tampil mengadukan oknum itu, hati pun tentu lega! Dan sungguh sangat lega!

Siapa pemberani itu? Tidak lain Dahlan Iskan! Dia pergi ke Badan Kehormatan DPR membawa nama oknum itu. Sudah pasti tepuk tangan riuh rakyat Indonesia menyambutnya di dalam hati maupun saat mendengar berita itu di rumah masing-masing. Dia tidak sungkan. Tidak takut dan tidak perduli.

Baginya yang utama BUMN itu jangan lagi merugi dan jangan menjadi tempat sapih perahan. Apakah dia tidak menghadapi tantangan berat? Ada dan itu sudah dijawabnya dengan kalem. "Saya siap jika tidak menjadi menteri!" ujarnya kalau dibenci karena pengaduannya itu. Memang harus begitulah. Bekerja itu harus mempunyai tanggungjawab sosial dan moral. Apalagi jabatan  itu bukan dibelinya tetapi amanah!

Bukan Saat Menjadi Menteri Saja

Dahlan Iskan memiliki karakter pemimpin yang baik bukan saat menjadi menteri saja. Jika Anda membaca salah satu dari bukunya (Dua Tangis dan Ribuan Tawa), pasti mengetahui siapa dia dan bagaimana sepak terjangnya saat menjadi Direktur Utama PLN. Bayangkan ketika itu. Banyak karyawan (hampir 50.000 orang) mempersoalkan baju seragam. Ada yang bilang telah terjadi KKN, permainan komisi. Ada yang minta baju seragam diberikan dalam bentuk uang, supaya masing-masing karyawan bisa membuat sendiri. Dia pun berpikir permintaan mana yang akan dipenuhi.  Bukankah kalau dipenuhi satu yang lain tidak puas? Tapi dengan enteng dia putuskan: baju seragam dihapus!!

Dapat dirasakan bagi yang ambisi gigit jari. Termasuk pemborongnya kalau diborongkan pekerjaan menjahitnya! Kemudian soal rokok. Karyawan wanita yang jumlahnya sedikit mempersoalkan karyawan pria yang  merokok. Padahal ruangan ber-ac sehingga tamu pun ikut-ikutan. Keluhan ini tidak pernah mendapat respons. Ada mengusulkan dibuat smoking area (daerah bebas merokok). Tapi lagi lagi dengan enteng Dahlan Iskan memutuskan: Dilarang merokok. Bukan saja di dalam ruangan tetapi juga di luar ruangan. Ya, di seluruh kawasan kantor PLN. Dan banyak lagi termasuk soal upacara tanggal 17.

Ada yang bertanya apakah pakai kopiah atau tidak. Yang tidak ikut upacara apakah dihukum atau tidak. Bagi kantor cabang yang dekat dengan kantor wilayah apakah upacaranya menjadi satu atau sendiri-sendiri. Atau jam upacaranya dibedakan seperti kebaktian di gereja. Lagi lagi dengan tegas dijawabnya: Upacara tiap tanggal 17 dihapus!

Begitu juga masalah perjalanan dinas. Ada yang bilang berikan uang saja, terserah mau naik pesawat atau apa. Demikian soal menginap di hotel bintang lima atau melati atau di rumah famili, pokoknya tergantung yang pergi asal uang saja diberi! Menurut Dahlan kala itu bisa bisa pembicaraan ini mengalahkan persoalan banyaknya proyek yang terlambat diselesaikan. Akhirnya dia putuskan: perjalanan dinas dihapus, sekalipun ini terjadi satu bulan.

Mengamuk di Pintu Tol

Sebelum mengamuk di pintu tol, Dahlan Iskan pernah melakukan aksi menariknya. Usai memberi kuliah umum di hadapan mahasiswa ITB Bandung, dia hendak pulang ke Jakarta, dan selanjutnya hendak menuju Bandara. Sedan empuk dan sejuk pun disiapkan. Pihak pengundang pun siap siap memberangkatkan dan menuntunnya ke mobil sedan yang sedang parkir. Tapi dia bukannya menuju pintu mobil, melainkan mendekati sepeda motor mahasiswa, lalu minta dibonceng. Dan seketika tubuhnya sudah menghilang dibawa pergi sepeda motor mahasiswa itu. Tinggal lah sedan berikut pengemudi, termasuk pengantar yang tak tahu mau bilang apa.

Peristiwa di pintu tol itu memang patut diacungi jempol. Antrian sudah ramai tetapi pintu baru satu yang dibuka. Dahlan pun bertindak membuka pintu satu lagi. Sontak rakyat senang. Sudah pasti, sebab Dahlan Iskan bertindak di waktu yang tepat dan dibutuhkan! Pekerja yang lambat bertugas itu pantas mendapat hukuman berat sebab sudah melalaikan tugas yang bersangkut paut dengan kepentingan orang banyak.

Begitulah memang di negara ini. Banyak ditemui yang aneh aneh, janggal tak sepatutnya. Tetapi tetap saja berlangsung. Yang terpuruk bukan oknum yang berkelakuan jelek itu tetapi orang banyak. Bukan tak capek mulut ini teriak, protes bahkan turut dibantu koran sebagai pilar keempat. Tetapi tetap saja tak diperhatikan. Bandingkan di kota Medan ini, paret dikeruk tetapi lumpurnya tidak langsung diangkat! Masalah banjir tak pernah tuntas!

Makna Semua Sikap Nyentrik dan Menariknya Itu

Tak ada yang aneh, dan tak ada sebenarnya yang asing diperlihatkan Dahlan Iskan. Cuma yang berlaku salah selama ini saja yang nyeleneh. Tidak melakukan tugas sesuai tupoksinya. Seperti saat transit di Bandara Polonia itu. Perlu apa sampai puluhan orang menjemputnya  kalau cuma transit saja. Bukankah pemborosan waktu, uang, tenaga, bensin.

Bayangkan kalau satu saja menjemput sedang 9 lainnya kerja. Bukankah kantor menjadi produktif? Begitu juga protokoler. Kalau memang menghambat untuk apa, tiadakan saja? Pakaian seragam yang tidak menjadi identitas? Ya, benar untuk apa? Penghematan diperlukan! Begitu juga rokok. Jelas merusak mata, ya mata pencaharian. Dan paru-paru pun menjadi kotor. Apalagi setelah menghirup udara para perokok di ruang ber-AC. Perokok pasif lebih menderita, begitu kata ahli kesehatan!

Dari beberapa diskusi dengan teman, mengatakan, seperti dia itulah sebenarnya potret atau type pemimpin yang dibutuhkan saat ini. Ada saatnya otoriter penuh (bandingkan dan cocok untuk dan seperti yang di tol itu) untuk membombardir semua kebusukan dan keboborokan moral para oknum pejabat. Seperti dia itu, dibutuhkan karena tidak gila hormat. Tidak melakukan tipu daya atau trik untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dan sama sekali tidak ingin diagung-agungkan sebagai big bos, atau juga pencitraan diri tapi dia bekerja seperti pelayan di mana saja dan kapan saja dengan tidak memikirkan keuntungan melebihi kewenangan. Bertindak benar, cepat tepat demi kepentingan orang banyak. Jangan lamban apalagi lambat!

Selamat untukmu Pak Dahlan Iskan, dan semoga semua itu terjadi bukan setelah ganti hati (operasi di China).***

Medan, 22 Nopember 2012



Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar