Ekonomi Global Harapkan Langkah Baru Xi Jinping

Jumat, 16 November 2012


Beijing, (Analisa). Apakah itu masalah kebijakan yang akan diambil atau masalah ekonomi yang lebih berat, dunia berharap pemimpin baru China, Xi Jinping, dapat menemukan jawaban yang tepat. Ketika AS bergelut dengan transisi politiknya sendiri, negara itu tak luput memperhatikan yang terjadi di China. Namun, bagaimana kepemimpinan baru di China menghadapi semua tantangan ekonominya, boleh jadi jauh lebih penting bagi ekonomi global ketimbang bagaimana drama fiscal cliff (jurang fiskal) terjadi di Washington.
Kongres nasional Partai Komunis China ke-18 bulan ini, yang akan mengantarkan Xi Jinping ke kursi kepresidenan, telah disertai dengan berbagai indikator bahwa ekonomi negara itu sedang menguat. Namun cukup beralasan untuk khawatir kalau Xi tidak akan menikmati berita ekonomi yang jelas bagus itu selama masa jabatannya.

Hasil penelitian akademis memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada hakekatnya akan melamban di tahun-tahun dan dasawarsa mendatang. Salah satu penyebab utamanya ialah, di masa lalu, pertumbuhan digerakkan dengan tidak sebanding oleh para pekerja yang berpindah dari pertanian ke sektor pabrik. Metode peningkatan produktivitas kemungkinan menjadi begitu jenuhnya kini karena sebagian besar pekerja yang mestinya melakukan transisi kini sudah tidak ada.

Batasan di mana para pekerja yang pindah dari pertanian ke sektor manufaktur yang tidak lagi mengarah kepada peningkatan ekonomi, disebut dalam istilah pembangunan ekonomi sebagai "Lewis turning point (saat menentukan)" - yang diambil dari nama ekonom pemenang Hadiah Nobel, Arthur Lewis. Jika China sudah berada pada atau mendekati saat menentukan itu, maka Xi akan menghadapi tantangan konomi luar biasa, dengan konsekuensi luas.

Estimasi Zhu Xiaodong dari University of Toronto mengemukakan sampai di mana besarnya keuntungan historis dari perubahan pekerja dari sektor pertanian ke manufaktur. Tahun 1978, pertanian memiliki 69% pekerja, dan karena rata-rata produktivitas di luar pertanian enam kali di dalam pertanian, maka perubahan pekerja di sektor itu menggenjot produktivitas sebesar-besarnya. Per 2007, bagaimanapun, pertanian hanya memiliki 26% total pekerja. Akibatnya, sejak 1997 tingkat migrasinya meningkat rata-rata kurang 5% per tahun, turun dari 10% antara 1985 dan 1997.

Di saat sama, kualitas yang relatif dari para pekerja migran nampaknya menurun. Misalnya, usia rata-rata mereka meningkat karena sebagian besar pekerja muda yang lebih memilih pekerjaan di pabrik yang dirasa jauh lebih baik, sudah pada pergi.

Perlambanan dalam pertumbuhan di dalam kelompok pekerja produktif ini diperkirakan bisa menimbulkan tekanan terhadap gaji di daerah-daerah manufaktur pesisir, dan keadaan itulah yang sudah dijumpai oleh empat peneliti dari Tsinghua University.

IMF mengatakan, realitasnya ialah bahwa ekonomi akan mencapai "Lewis turning point" antara 2020 dan 2025, sekitar akhir masa jabatan Xi. Bahkan setelah itu, pertumbuhan yang tinggi masih memungkinkan, walau akan lebih sulit.

Xi akan menghadapi kesulitan besar, karena China akan sangat berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi (global), kata ekonom Peter Orszag. Oleh karenanya, demi Xi, dan dunia, mari kita sama-sama berharap semakin meningkatnya tekanan atas gaji, berkurangnya migrasi buruh dan kurangnya tenaga kerja akan menjadi rintangan yang bisa disingkirkan Xi, ketimbang perlambanan pertumbuhan berketerusan, katanya.

Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar