Lumba-lumba Sungai Gangga tak Pernah Masuk ke Laut

Jumat, 16 November 2012


LAZIMNYA, ikan lumba-lumba (Dolphin) yang memiliki tempat hidup (habitat) di laut, merupakan satwa air unik yang bersahabat dan menolong manusia yang sedang dalam kesusahan.
Tapi di India dan beberapa negara tetangganya, terdapat jenis lumba-lumba (Platanista gangetica)-- sebutan lokal dalam bahasa Hindi "Susu" atau bahasa Bengali "Shushuk" -- yang justru hidup di sungai air tawar dan tidak pernah masuk ke laut.

Menurut legenda yang berkembang di India, jenis lumba-lumba air tawar yang banyak hidup di Sungai Gangga (sungai yang dianggap suci di India) telah ada bersamaan keberadaan sungai tersebut.

Dalam mitologi India, air Sungai Gangga mengalir dari ibu jari Dewa Wisnu yang kemudian mengalir ke dunia dari Kahyangan sebagai jawaban terhadap doa dan penyesalan Bhagirath, raja sekaligus seorang pendeta di sana.

Jarang pula diketahui bahwa di dunia ini, terdapat empat jenis lumba-lumba yang hanya hidup di air tawar. Salah satunya adalah lumba-lumba Sungai Gangga itu.

Jenis lumba-lumba tersebut, menurut para ahli ikan di India, juga hidup pada anak-anak sungainya termasuk pada beberapa sungai besar di Nepal dan Bangladesh, dua negara yang berbatasan langsung dengan India. Di Sungai Gangga ada pula legenda terkenal yang menyebutkan keberadaan lumba-lumba air tawar itu sebagai "vahana" (wahana) Gangga, dan legenda lain menyebutkannya sebagai penjelmaan seorang wanita cantik.

Lindungi

Keanehan hewan itu yang masih menjadi misteri kehidupan sampai sekarang, membuat para penguasa di India sejak dulu kala telah tergerak untuk melindunginya. Menurut Samar Singh, mantan pejabat pemerintah India yang ikut mendalami kehidupan lumba-lumba Sungai Gangga, pada Zaman Kaisar Ashoka, lebih 2000 tahun lalu, lumba- lumba Sungai Gangga dinyatakan sebagai binatang yang "tidak boleh diganggu" dan benar-benar dilindungi.

Dalam beberapa prasasti yang berasal dari Zaman Ashoka ikan tersebut diberi julukan "Gangga-puputaka" (bahasa Sansekerta yang artinya makhluk seperti ikan di Sungai Gangga dengan tubuh gendut).

Saat itu diketahui populasi ikan lumba-lumba ini cukup besar, kendati pihak kerajaan tetap mengeluarkan peraturan untuk melindunginya.

Samar Singh juga menyebutkan adanyaliteratur dalam buku "Baburnamah" yang terbit pada sekitar abad ke-16, yang memberikan ilustrasi keberadaan ikan lumba-lumba yang dimaksud.

Para ahli lumba-lumba dunia, ternyata menemukan pula jenis lumba-lumba air tawar di Sungai Indus Pakistan yang disebut sebagai "Bhulan" (Platanista minor).

Kedua spesies itu serupa. Perbedaannya cuma terletak pada bentuk dan ukuran tengkoraknya.

Diketahui pula, hanya kedua jenis lumba-lumba air tawar di India dan Pakistan itulah dari sedikitnya 40 jenis lumba-lumba yang hidup di laut dan di samudera seluruh dunia yang tidak mempunyai lensa mata jernih, sehingga mereka boleh dikatakan tuna netra (buta).

Prediksi

Para ahli memprediksi lumba-lumba yang buta ini masih dapat mendeteksi arah dan intensitas cahaya. Mereka bernavigasi dan mencari makanan di sungai dengan menggunakan system suara yang canggih.

Penyebab kebutaan itu adalah proses evolusi yang sangat panjang yang menyebabkan penglihatannya terus memudar akibat sifat air sungai yang berlumpur.

Namun begitu, para ahli membuktikan bahwa dua jenis lumba-lumba air tawar lainnya yang hidup di Sungai Amazon (Brazil) dan Sungai Yangtze (RRC) tidaklah buta sama sekali, cuma penglihatan mereka tetap agak kabur. Lumba-lumba air tawar di India termasuk dalam Ordo Cetaceae -- ikan paus besar ada pula yang tergolong dalam ordo ini.

Jenis ikan Ordo ini yang oleh kalangan ahli disebut Archaeocetes, diperkirakan hidup sekitar lima puluh juta tahun lalu.

Tapi hewan ini semula hidup di darat, barulah lama kelamaan pindah ke laut dan menyesuaikan dirinya dengan kehidupan air laut (berevolusi). Tubuh ikan lumba-lumba yang ramping adalah salah satu di antara penyesuaian yang telah dilakukan dan diperkirakan memerlukan waktu mencapai sekitar seratusan tahun. Penyesuaian itu mencakup pula sirip dan ekornya yang bergerak naik turun untuk membantu berenang dengan mudah, dan telah menggantikan tangan maupun kakinya.

Lubang yang biasanya terdapat di atas kepala lumba-lumba adalah lubang hidungnya, sehingga mudah bernafas di atas permukaan air. Walaupun sama seperti ikan paus, harus mengeluarkan bunyi cukup keras sewaktu bernafas. Namun ikan lumba-lumba sewaktu menyelam pun mengeluarkan bunyi cukup keras. Lumba-lumba Sungai Gangga yang sudah dewasa lebih suka memencilkan diri atau memilih bersama pasangannya. Tapi sering pula terlihat mereka bersama-sama dalam kelompok 4-5 ekor. Biasanya berlangsung ketika makan bersama atau pada musim kawin.

Masa kebuntingan ikan ini adalah 10-11 bulan dan biasanya anak-anak mereka lahir antara bulan Januari maupun Juni setiap tahunnya, ketika debit Sungai Gangga menurun. Selama sekitar tiga bulan, si anak terus meyusu pada ibunya dan kemudian secara berangsur belajar menangkap masanya sendiri. Namun hingga kini para ahli belum mengetahui persis kapan anak-anak ikan lumba-lumba itu sudah cukup umur untuk kawin dan melahirkan. 



Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar