Indonesia punya metode sendiri hadapi krisis ekonomi

Selasa, 13 November 2012


Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pasca-krisis ekonomi 1998 Indonesia memiliki model sendiri untuk menghadapi krisis ekonomi 2008 dan 2009 belajar dari pengalaman krisis sebelumnya.
Saat menyampaikan pandangan mengenai masa depan ekonomi Indonesia dalam acara yang diselenggarakan oleh Komite Ekonomi Nasional (KEN) di Jakarta, Selasa siang, Kepala Negara mengatakan dari sekian banyak model ekonomi yang dijalankan oleh berbagai negara untuk menghadapi krisis, Indonesia memiliki model tersendiri yang saat ini cocok bagi perekonomian nasional dalam meredam imbas krisis ekonomi global.

"Ekonomi sebagai jalan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, perlunya pekerjaan dan penghasilan. Agar pekerjaan ada, maka ekonomi harus tumbuh," kata Presiden.

Saat terjadinya krisis 2008 maupun 2009, Presiden mengatakan pemerintah menerapkan strategi menjaga perputaran ekonomi dengan cara mendorong masyarakat tetap melakukan pembelian barang dan jasa agar usah tetap dapat berlangsung sehingga tidak ada pemutusan hubungan kerja.

Dengan tidak ada pemutusan hubungan kerja, kata Presiden, maka masyarakat tetap mendapat penghasilan dan perusahaan dapat tetap melangsungkan usahanya dan pada gilirannya memberikan masukan kepada pemerintah melalui pajak.

"Saya tidak tahu apakah dalam teori ekonomi konvensional ada seperti ini, namun kami menamakannya "keep buying strategy", " kata Presiden.

Sementara itu Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian ekonomi McKinsey Raoul Oberman dalam paparannya mengatakan Indonesia mempunyai peluang untuk menjadi kekuatan ekonomi ketujuh dunia pada 2030 mendatang namun demikian pencapaiannya tidak mudah.

"Pada 2030 Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi ketujuh dunia. Namun untuk mencapai target pertumbuhan dan menarik investasi internasional seperti yang ditargetkan memerlukan upaya yang keras," katanya.

Ia mengatakan ada empat prioritas bidang yang harus mendapat perhatian yaitu bidang pertanian dan perikanan, bidang jasa konsumen, bidang sumber daya energi dan bidang pengembangan potensi sumber daya manusia.

"Ada sejumlah hal yang dapat mewujudkan hal itu yaitu yang pertama adanya kepemimpinan yang kuat. Juga keterikatan antara pemimpin formal, kalangan dunia usaha dan pemuka masyarakat, adanya upaya untuk menjaga keberlanjutan dan mengubah perilaku dari jago kandang menjadi juara dunia," tegasnya.




Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar