Jejaring Sosial Menawarkan "Madu" dan "Racun"

Jumat, 09 November 2012


Oleh : Dra. Yusna Hilma Sinaga. Sudah hampir dua puluh tahun penulis tidak menulis di media cetak (suratkabar) dan ketika dahulu aktif menulis di suratkabar Harian Analisa, Harian Waspada belum ada media online, hanya ada media cetak (suratkabar, tabloid dan majalah) dan media elektronik (radio dan televisi) sehingga yang namanya informasi masih sulit untuk diakses dalam waktu singkat. Informasi masih sangat terbatas karena media cetak jumlahnya tidak sebanyak sekarang ini, masih bisa dihitung dengan jari tangan dan dapat dihapal nama media ce-tak itu.
Kini jumlah media cetak sangat banyak dan juga media elektronik dan media dunia maya. Informasi juga dapat diakses dengan cepat berkat kehadiran media online, informasi begitu mudah diperoleh dalam waktu singkat dan bahkan hitungan detik sudah dapat diketahui publik (masyarakat) karena jasa internet. Media online membuat informasi dapat diakses dengan cepat dan masyarakat dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga melahirkan satu jejaring sosial yang cukup besar.

Media online membuat orang tidak kemana-mana akan tetapi ada dimana-mana. Luar biasa sehingga banyak pihak khawatir hadirnya media online akan mengancam keberadaan media lain seperti media cetak (suratkabar, tabloid dan majalah) dan media elektronik (radio dan televisi). Kekhawatiran ini karena begitu mudahnya mengakses media online dan masyarakat sendiri bisa berinteraksi satu dengan lainnya tanpa batas ruang dan waktu.

Jasa internet bukan saja melahirkan media online akan tetapi hadir jejaring sosial yakni facebook yang telah mengglobal di dunia ini. Begitu menggeliatnya sehingga facebook yang diluncurkan Mark Zuckerberg, dan kawan-kawan pada 4 Februari 2004 lalu kini ada 900 juta pengguna facebook aktif (data dari Wikipedia, Mei 2012) dan disebutkan untuk Indonesia ada 42 juta lebih pengguna aktif facebook. Begitu menjamurnya facebook sekarang ini, laki-laki, perempuan, tua, muda sampai anak-anak mengenal dan memiliki akun facebook.

Tempat Mengadu

Media atau sarana, wadah selalu pada posisi netral dan selalu bertujuan untuk memudahkan penggunanya dan tujuan itu bisa menjadi positif (menawarkan madu) bisa menjadi negatif (menawarkan racun) bagi penggunanya. Sama halnya dengan pisau, bisa digunakan untuk mengiris daging untuk dimasak, bisa digunakan untuk membunuh manusia. Tergantung kepada penggunanya.

Facebook juga begitu, kehadirannya bisa menawarkan madu, bisa menawarkan racun. Penulis mengamati akun facebook yang ada di Indonesia umumnya dan khususnya rekan-rekan penulis facebook banyak digunakan sebagai tempat mengadu, berkeluh kesah, mengabarkan kondisinya saat ini, mengkritisi satu kondisi yang sedang terjadi di masyarakat, sarana promosi produk (barang), sarana promosi diri, mencari jodoh, mencari teman lama dan menambah teman baru.

Facebook sebagai jejaring sosial pertemanan saling berbagi informasi sehingga kehadirannya sangat mempengaruhi media massa (suratkabar, majalah, tabloid, televisi, radio dan lainnya). Hadirnya facebook pada dasarnya bisa memengaruhi peran dari media massa akan tetapi faktanya media massa terus tumbuh dan berkembang.

Memang kini era multi media, semakin banyak media maka semakin banyak dan haus masyarakat akan informasi. Memang masing-masing media memiliki keunggulan, kelebihan tersendiri sehingga ada segmen tersendiri dari media itu sendiri. 

Ada kepuasan tersendiri dari media itu sendiri. Penulis merasakan perbedaan yang nyata ketika menulis di media cetak (suratkabar) dengan menulis di media online. Ada keunggulan tersendiri dari media itu sendiri dan ada kepuasan tersendiri dari penulis sendiri.

Penggunaan Tepat Sasaran

Adanya kekhawatiran banyak orangtua tentang facebook yang kini digandrungi anak muda, anak remaja dan bahkan anak sekolah yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP) adalah wajar mengingat telah banyak kasus negatif yang terjadi seperti pembunuhan, penculikan, penipuan dan tindak kejahatan lainnya yang bermula dari pertemanan di facebook.

Kembali kepada posisi teknologi yang selalu netral, bukan salah facebook akan tetapi salah kepada pengguna teknologi itu sendiri. Penggunaan yang tidak tepat sasaran memang menghasilkan tindakan negatif. Namun, bila penggunaannya tepat sasaran pasti facebook menghasilkan tindakan positif.

Para orangtua tidak perlu gelisah, resah dan cemas. Orangtua harus aktif mengikuti perkembangan zaman era multi media. Bila anak-anak sudah menjadi pengguna aktif facebook sebaiknya orangtua juga harus ikut sehingga dapat melihat, menilai sisi positif dan sisi negatif dari facebook itu. Tidak ada alasan untuk mengatakan tidak tahu atau gagap teknologi (gatek), harus tahu dengan cara belajar.

Bila orangtua sudah menjadi pengguna aktif facebook maka anak-anaknya yang juga pengguna aktif facebook dapat dengan mudah mengarahkannya, menjalin komunikasi dan bisa mempelajari, watak, karakter anaknya sebab facebook banyak dijadikan sarana curahan hati, tempat pengaduan ke publik dan dengan harapan mendapat komentar, tanggapan, saran dari sesama jejaring sosial.

Penulis berkeyakinan, kehadiran facebook sekarang yang meresahkan para orangtua sesungguhnya tidak masalah apabila dapat disiasati dengan ikut serta aktif dalam era teknologi internet sekarang ini. 

Tidak salah para orangtua harus mengimbangi aktifitas anaknya di dunia teknologi informasi, komunikasi. Beda dengan era penulis ketika anak-anak, orangtua penulis jauh lebih menguasai informasi dari penulis sebab tidak dapat mengakses langsung media informasi. 

Informasi baru diperoleh penulis ketika orangtua penulis yang berlangganan suratkabar Mercu Suar, usai membaca suratkabar itu baru penulis membacanya. Hanya itu sarana informasi yang penulis peroleh disamping Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI). 

Beda dengan anak-anak hari ini, mereka memiliki akses langsung kepada informasi dan bahkan para orangtua melengkapi sarana komunikasi informasi buat anak-anaknya dengan memberi handphone.

Sesungguhnya tidak perlu cemas sebab facebook menawarkan "madu" dan juga menawarkan "racun" pada saat yang mana, tinggal kita mau pilih yang mana. Facebook menempatkan diri pada posisi yang netral maka pengguna dari facebook itu yang menentukan maka mari kita yang menentukan, termasuk kepada anak-anak kita.***


Penulis adalah pemerhati masalah sosial, budaya dan sarjana pendidikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan



Sumber : Analisa

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Setuju>>>>>>>>>>>>>>>>

Posting Komentar