Tak Lama bagi India dan China Tingkatkan Output Ekonomi

Jumat, 12 Oktober 2012


Washington, (Analisa). India dan China - dua negara ekonomi baru bangkit (emerging economies) - secara kasar mengalami 10 kali laju pertumbuhan ekonomi melalui Revolusi Industri (mereka), seorang pejabat tinggi Amerika mengatakan hal itu, sambil menunjuk kepada hasilnya berupa perubahan besar dalam perdagangan dunia.
Wakil Menteri Perdagangan Urusan Perdagangan Internasional AS Michael Camunez mengatakan, ketika Eropa memerlukan dua abad untuk melipat-gandakan output ekonominya per orang, AS memerlukan 50 tahun, maka India dan China - yang masing-masing populasinya lebih satu miliar - berturut-turut bisa meraihnya dalam 16 dan 12 tahun.

"Revolusi Industri yang dikobarkan pada pertengahan 1700-an, memerlukan dua abad untuk mendapatkan kekuatan penuhnya, di mana Inggris, yang menjadi tempat kelahiran revolusi dimaksud, membutuhkan 150 tahun untuk bisa melipat-gandakan output ekonominya per orang, sementara di AS, tempat terjadinya tahap kedua revolusi tersebut, perlu lebih 50 tahun untuk melipat-gandakan PDB per kapitanya," kata Camunez di American National Standard Institute.

"Seabad kemudian, ketika China dan India memasuki era industrialisasi, ke dua negara itu melipat-gandakan PDB per kapita mereka hanya dalam 12 dan 16 tahun berturut-turut," katanya.

Selain itu, Inggris dan AS memulai era industrialisasinya dengan populasi sekitar 10 juta, sedangkan China dan India memulai tinggal landas ekonomi mereka dengan populasi masing-masing sekitar satu miliar.

"Oleh karenanya, ke dua negara emerging economies terkemuka itu secara kasar mengalami 10 kali akselerasi Revolusi Industri, atas skala 100 kali -- yang menghasilkan kekuatan ekonomi sebesar lebih 1.000 kali," kata Camunez.

Dia mengatakan, menurut laporan terakhir McKinsey Global Institute per 2025, kelas konsumsi akan membengkak menjadi 4,2 miliar orang. Konsumsi di emerging markets akan berkisar US$ 30 triliun -- hampir separuh total konsumsi global. Ini konsisten dengan porkas terakhir Bank Dunia dan IMF, yang memperkirakan sekitar 95% konsumen dan hingga 90% PDB dunia akan terjadi di luar wilayah Amerika Serikat dalam beberapa dekade mendatang.

"Dan pertumbuhan yang pesat ini, sebagaimana yang kita ketahui, tidak terbatas di kawasan BRIC saja (Brazil Rusia India dan China), sebab enam dari 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia adalah di Sub-Sahara Afrika," katanya.

"Negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di Eropa tahun lalu adalah Turki, sementara pasar yang pertumbuhannya paling cepat di Uni Eropa bukan Jerman, tapi Polandia, dan tidak sesuatupun dapat dikatakan tentang Asia Tenggara yang pasarnya selalu panas," kata Camunez.

Pejabat AS itu mengatakan, terdapat perubahan besar di dalam perdagangan global, "dengan kebangkitan ekonomi baru yang maju dengan pesat di emerging markets di seluruh dunia, serta yang membuat industri Amerika semakin terlibat di dalam perdagangan luar negeri."

Camunez memperingatkan, kalau sampai gagal bekerjasama, AS berisiko memungkinkan negara-negara emerging economy seperti China dan India, dengan pasar dalam negeri mereka yang besar dan terus tumbuh, menetapkan standar yang bisa diberlakukan, dengan mencukur pangsa pasar, atas industri dan konsumen. "Untuk beberapa waktu, penetapan standar-standar ini akan tetap berlaku, di garis depan perundingan-perundingan kebijakan perdagangan kita," katanya. 

Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar