BI: Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat

Jumat, 12 Oktober 2012


Jakarta, (Analisa). Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit hingga akhir Agustus 2012 mencapai 23,6 persen (yoy), melambat dari 25,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Kamis (11/10) mengatakan perlambatan terutama pada kredit modal kerja (KMK) yang tumbuh sebesar 23,2 persen (yoy) sementara kredit konsumsi tumbuh relatif stabil sebesar 19,9 persen (yoy).

Kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,8 persen (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.

Sementara itu, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menjelaskan bahwa penurunan KMK terjadi di beberapa bank terutama 14 bank besar, karena korporasi ekspor/impor banyak melakukan penyesuaian terhadap kondisi ekonomi global.

"Banyak korporasi yang bersikap lebih berhati-hati dalam menjalan ekspor impor, namun pertumbuhannya tetap tinggi di atas 20 persen," kata Halim.

Halim memperkirakan sampai akhir tahun pertumbuhan kredit masih bisa mencapai 23-25 persen.

Secara umum, BI melihat stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8 persen dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah lima persen.

BI Rate Tetap 5,75 Persen

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Kamis (11/10) di Jakarta juga memutuskan mempertahankan BI Rate sebesar 5,75 persen, yang dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi rendah dan terkendali sesuai sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 3,5 - 5,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan fokus kebijakan tetap diarahkan untuk menjaga keseimbangan eksternal dengan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Rapat Dewan Gubernur memandang bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan sebelumnya telah mendorong penurunan defisit transaksi berjalan.

Sementara itu, perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik meskipun tidak setinggi prakiraan sebelumnya akibat berlanjutnya pelemahan perekonomian global.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan dan apabila diperlukan akan mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan sesuai dengan dinamika perekonomian.

Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dewan Gubernur mencermati bahwa perekonomian global cenderung tumbuh lebih lambat dari perkiraan dan masih dibayangi dengan ketidakpastian. Pemulihan ekonomi AS masih rentan, sementara ekonomi Eropa masih mengalami kontraksi seiring krisis yang masih berlanjut.

Di sisi lain, perekonomian China dan India juga diprakirakan semakin menurun. Inflasi global secara umum juga relatif moderat, sejalan dengan harga komoditas dunia yang masih cenderung turun


Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar