Sukacita dalam Kebersamaan

Kamis, 25 Oktober 2012


 "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. " (Galatia 6 : 2 - 4)
Hari-hari belakangan ini, makin banyak orang yang menggelar acara bakti sosial membantu masyarakat kurang mampu di berbagai daerah termasuk di kota Medan. Apalagi menjelang pemilihan gubernur, walikota dan bupati beberapa calon akan menggelar acara bakti sosial menarik simpati warganya. Semua dilakukan karena ada pamrih dan balasan dari orang-orang yang kelak diharapkan akan memilihnya pada hari pemilihan.

Namun demikian, ada juga yang menggelar acara bakti sosial dengan sepenuh hati karena terbeban dan mendapatkan sukacita yang sesungguhnya ketika melaksanakan bakti sosial dan berbaur dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Sukacita dalam kebersamaan menjadi sebuah kebutuhan bagi orang-orang yang benar-benar melakukan kebaikan dan pertolongan kepada orang yang membutuhkan.

Dalam renungan kali ini, rasa sukacita yang dimaksud tidak bergantung kepada situasi atau peristiwa-peristiwa tertentu, melainkan sukacita yang keluar dari hati dan jiwa yang dipenuhi oleh damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, dan yang memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (Yohanes 14:27).

Sukacita yang dimaksud bukanlah sukacita kedagingan. Banyak orang mencari sukacita yang hampa, sia-sia yang memang akhirnya bukan justu bersukacita tetapi semakin menderita. Memang ada sesuatu yang harus dilakukan untuk mendapatkan sukacita ini. Tetapi bukan dengan kedagingan, misalnya dengan mengasingkan diri, mencari harta sebanyak-banyaknya, memperhamba diri kepada uang atau bentuk-bentuk hedonisme lainnya.

Rahasia sukacita didapatkan hanyalah dari Allah. Mengusahakan diri untuk selalu dekat kepada Tuhan dan mencondongkan diri untuk Tuhan. Memposisikan diri dan menjawab tantangan kehidupan dalam keyakinan penuh akan pemeliharaan Tuhan. Menjadikan Tuhan sebagai sumber dan kekuatan serta menjadikannya menjadi sentral. Hidup damai sejahtera yaitu hidup yang memiliki Tuhan.

Sukacita dalam kebersamaan bisa kita lihat dari kehidupan semut yang setiap kali bertemu selalu bertegur sapa, dan ketika seekor semut menemukan makanan, ia akan mencari temannya yang lain untuk mengangkatnya secara bersama-sama sebagai bekal mereka di kemudian hari.

Alkitab menuliskan, " Beginilah firman TUHAN: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau; Aku telah membentuk dan memberi engkau, menjadi perjanjian bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi," (Yesaya 49 : 8).

Menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan adalah tugas kita sebagai manusia ciptaan Tuhan yang memiliki jiwa kebersamaan, jiwa penuh kasih dan sayang. Apabila dalam kehidupan kita sehari-hari manusia tidak lagi memiliki rasa belas kasihan ketika melihat orang susah adalah salah satu cermin bahwa manusia sekarang cenderung melakukan sesuatu hal dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Padahal, kalau sebuah pekerjaan besar jika diselesaikan secara bersama-sama, maka beban yang awalnya terasa sangat beras akhirnya bisa sirna karena kebersamaan.

Kemudin Ibrani 1 : 6 menuliskan "Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. Dalam perjalanan hidup kita sehari-hari, kita sering berdoa agar Tuhan benar-benar memberikan berkat dan kasih karunianya kepada kita."

Sangat berbeda rasanya kalau kita hanya mengejar harta dan kekayaan di muka bumi ini. Apakah harta dan kekayaan yang kita peroleh kita bawa sampai mati - Apa artinya harta dan kekayaan berlimpah kalau Tuhan tidak berkenan dengan cara hidup kita yang egois, tidak mau mengerti dengan orang lain, menari-nari di atas penderitaan orang lain. Harta dan kekayaan yang dikumpulkan selama beberapa tahun akan lenyap seketika kalau Tuhan berkehendak lain.

Itu sebabnya kita harus menyadari, bahwa harta yang paling indah dalam hidup kita harus kita pelihara dengan baik. Mulai dari keluarga kita, anak-anak, saudara seiman, firman Tuhan dan kesungguhan hati kita mengikut Tuhan adalah harta yang tak ternilai harganya dimuka bumi ini. Cinta dan kasih sayang terhadap sesama umat manusia haruslah kita wujudkan dengan perbuatan dan perilaku yang seturut dengan kehendak Tuhan. Karena sukacita terindah yang dapat kita rasakan sampai hari ini adalah sukacita dalam kebersamaan.

Peliharalah hidupmu agar tetap kudus di hadapan Tuhan. Tetap setia mengikut Tuhan dan membaca firman-Nya siang malam. Jangan pernah menukar keselamatan dengan apa pun di dunia ini. Jangan karena tergiur harta berlimpah, jabatan yang empuk dan uang yang banyak, lalu Anda begitu cepatnya berbalik dari Tuhan dan melakukan segala sesuatu hanya karena keinginan daging.

Bersukacitalah senantiasa, tekun dalam doa seperti di sampaikan dalam firman Tuhan. Berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan agar bangsa dan negara ini diselamatkan dari berbagai-bagai pencobaan dan bencana. Amin.



Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar