Anak Badak Sumatera Lahir di Way Kambas

Jumat, 19 Oktober 2012


Jakarta, (Analisa). Badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas, Lampung, melahirkan anak berkelamin jantan.
Kelahiran anak badak pada hari Sabtu (23/6) pukul 00.45 WIB itu merupakan yang pertama sejak upaya konservasi pengembangbiakan (breeding conservation) di Asia 124 tahun silam sehingga peristiwa ini menjadi tonggak sejarah bagi upaya pelestarian Badak Sumatera, kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Jakarta, Senin.

"Hal itu sekaligus diharapkan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap upaya pemerintah dalam melestarikan satwa langka dunia," katanya.

Anak badak tersebut hasil perkawinan dari badak jantan bernama Andalas (11 tahun) yang lahir di kebun binatang Cincinnati, AS, pada tahun 2001 dan badak betina bernama Ratu (12 tahun) dari Taman Nasional Way Kambas.

Sebelumnya, kata dia, induk badak itu telah mengandung dua kali dari hasil pasangan yang sama, tetapi keguguran.

Badak Andalas didatangkan SRS dari kebun binatang Cincinnati pada tahun 2007 dan sejak itu dipasangkan dengan Ratu.

Selama masa kehamilan (15--16 bulan) dan proses kelahiran, induk dan anak badak itu dirawat, diperiksa, dan dimonitor secara intensif oleh tim perawat dan dokter hewan Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan Taman Safari Indonesia serta dokter hewan dari International Rhino Foundation (IRF), kebun binatang Cincinnati AS, Tarongan WPZ Australia, dan White Oak Conservation Centre Amerika.

Seluruh proses kehamilan sampai kelahiran badak tersebut didokumentasikan untuk bahan evaluasi, kata menteri. Kehadiran pengunjung di lokasi sekitar SRS juga sangat dibatasi agar tidak menimbulkan gangguan, khususnya menjelang kelahiran, katanya.

Saat ini, Indonesia memiliki dua jenis badak Asia dari lima jenis badak yang masih tersisa di dunia, yaitu Badak Jawa dengan populasi tersisa sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon dan 200 ekor Badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, Bukit Barisan Selatan, Gunung Leuser, dan beberapa kawasan hutan alam di Sumatera dan Sabah, Malaysia.

Kedua satwa tersebut merupakan jenis badak yang paling langka dan terancam punah karena berkurangnya habitat dan perburuan liar. International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) pada tahun 2006 keduanya sebagai hewan dengan kategori status konservasi kritis (critically endangered).

"Keberadaan dua jenis satwa langka ini membawa konsekuensi dan tanggung jawab kita semua untuk pelestariannya," kata Zulkifli.

Penyelamatan kedua jenis badak itu secara umum telah dirumuskan dalam Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor 43 Tahun 2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Periode 2007--2017. Aturan itu telah diimplementasikan melalui berbagai kegiatan konservasi dari Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dan mitra terkait, seperti YABI dan IRF.

Suaka Rhino Sumatera merupakan kawasan untuk program konservasi pengembangbiakan seluas 100 hektare dan dikelilingi pagar listrik setinggi 1,5 meter dan dilengkapi dengan prasarana yang memadai.

Program konservasi pengembangbiakan di Taman Nasional Way Kambas dipastikan akan menjadi model dalam pelaksanaan rencana pembangunan Java Rhino Study Conservation Area (JRSA) bagi upaya pelestarian badak jawa di Taman Nasional Ujung kulon.


Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar