BI: RI Optimistis Hadapi Penyatuan Perbankan ASEAN

Minggu, 21 Oktober 2012


Jakarta, (Analisa). Indonesia optimistis siap menghadapi penyatuan ASEAN di sektor perbankan berdasarkan persiapan-persiapan yang terus dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Hal tersebut disampaikan Direktur Kerja Sama Multilateral Departemen Internasional BI Tirta Segara usai menjadi pembicara dalam Forum Perdagangan Internasional ke-10 di Jakarta, pada Selasa (16/10).

"Kita sudah mulai dan terus melanjutkan persiapan perbankan kita, seperti SDM, modal, manajemen, dan jaringan," kata Tirta.

Tirta mengakui dalam perkembangannya Indonesia masih harus terus meningkatkan kapasitas SDM perbankan yang mumpuni agar dapat bersaing di kawasan ASEAN.

"SDM yang sudah memiliki sertivikasi memang sudah banyak, tetapi kenyataannya di kawasan ASEAN, Singapura misalnya, sudah jauh lebih maju dari standar Indonesia sehingga harus kita tingkatkan lagi," tuturnya.

Di sisi permodalan, Tirta mengatakan BI akan menerapkan Basel III (Basel Committee on Banking Supervision) mulai 2013, terutama berkaitan dengan persyaratan modal minimum yang lebih mencerminkan performa dan bisa mengantisipasi berbagai risiko yang dihadapi bank.

"Kalau dilihat dari tingkat rasio kinerja perbankan, semuanya rata-rata bagus. Cuma masalah `nominal size`-nya (jumlah nominal) masih banyak yang kecil-kecil," ucapnya.

Tirta mengatakan jika jumlah nominal tingkat rasio, seperti modal, DHE, dan suku bunga masih kecil, dikhawatirkan bank-bank di dalam negeri tidak bisa berkompetisi dengan bank yang jaringannya lebih luas.

"Jaringan yang luas ini akan memberikan efek pada `funding` (pembiayaan) yang lebih murah lagi, dan sebagainya," katanya.

Oleh karena itu, ia mengatakan BI akan melakukan konsolidasi antarbank untuk mencari rekan strategis ("strategic partner") supaya dari segi permodalan maupun jaringan menjadi lebih besar.

Lebih lanjut, Tirta menambahkan penyatuan sektor perbankan ASEAN bukan berarti Indonesia yanng harus siap ke luar, tetapi juga menyiapkan diri ketika pihak luar masuk ke dalam negeri.

"GDP (Produk Domestik Bruto) kita kan masih rendah, masih di bawah 30 persen, jadi pasarnya masih besar. Karena itu, kita siapkan dengan menggarap pasar domestik sehingga saat `orang` (perbankan asing) mau masuk ke Indonesia, kita sudah siap," katanya



Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar