Utang Indonesia Masih Wajar

Senin, 22 Oktober 2012


Depok, Jawa Barat (Analisa). Peneliti Ekonomi Universitas Indonesia, Rizal Halim, mengatakan, utang luar negeri Indonesia masih wajar walau jumlahnya sudah Rp1.975 triliun, dan merupakan agregasi utang masa lalu ditambah pinjaman tahun ini.
Sebagai perbandingan APBN 2013 Indonesia sekitar 1.600 triliun dan 20 persen di antaranya diamanatkan undang-undang untuk sektor pendidikan.

"Prospek ekonomi Indonesia yang terus berkilau dan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus meningkat, sehingga jumlah utang masih wajar," kata Halim, di Depok, Minggu (21/10).

Menurut dia, kemampuan dan fundamental ekonomi Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan postur anggaran.

Ekonomi Indonesia terus dipacu, percepatan pembangunan dan perluasan pertumbuhan atau yang sering disebut pertumbuhan dan pembangunan berkualitas, adil dan merata tercermin dalam kebijakan fiskal dan alokasi anggaran APBN dalam tiga tahun terakhir.

"Pembangunan harus terus digenjot di tengah ruang gerak fiskal terbatas walaupun terus ekspansi," ujarnya.

Dikatakannya, rasio utang LN terhadap PDB terus membaik sejak 2004 dan masih di bawah rata-rata rasio utang dari PDB negara-negara berkembang yang mencapai 33 persen.

"Ada konsensus internasional, batas aman bagi rasio utang terhadap PDB maksimal sebesar 60 persen," katanya.

Ia mengatakan pada satu sisi, utang merupakan momok bagi negara-negara dengan kedisiplinan fiskal rendah seperti di zona Eropa, di sisi lain utang merupakan indkator kekuatan ekonomi suatu negara (dengan asumsi disiplin fiskal yang tinggi).

Profil utang LN masih sangat terkontrol hingga saat ini, bahkan hingga tahun 2050 utang LN masih dalam pengendalian fiskal.

Menurut dia, pemerintah harus tetap menjaga ruang gerak fiskal agar tetap dapat menjadi stimulus pertumbuhan yang merupakan salah satu instrumen untuk merespon turunnya permintaan global saat ini.

"Stimulus menggenjot pertumbuhan melalui alokasi fiskal yang tepat terus ditingkatkan," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan pada saat krisis seperti ini, Indonesia terus melakukan konsolidasi fiskal untuk memberi ruang gerak kebijakan fiskal mengantisipasi perubahan-perubahan ekstrim.

Profil jatuh tempo utang LN hingga 2055 masih sangat terkendali dengan terus tumbuhnya PDB nasional.

Ia menilai utang LN bukan satu-satunya instrumen ekonomi yang dilakukan Indonesia, untuk mengatasi defisit anggaran, neraca pembayaran terus ditingkatkan, kinerja perdagangan dan investasi terus dimaksimalkan.

Hasilnya, kata dia, dapat dilihat dalam semester 1-2012, dimana neraca pembayaran dapat dipulihkan dalam kondisis surplus di tengah tekanan turunnya permintaan global.

Rizal mengatakan kesehatan fiskal Indonesia sepanjang tahun 2009 hingga semester 1-2012 semakin meningkat.

"Pengelolaan fiskal di tengah perlambatan global merupakan prestasi tersendirii bagi pemerintah saat ini," ujarnya..

Dikatakannya ditengah dunia yang tertekan ketidakpastian global, ekonomi Indonesia sebaliknya terus berkembang dan bertumbuh positif di semester 1-2012. 


Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar