S’pura Kembali Tempati Posisi Puncak Negara Paling Kompetitif

Kamis, 25 Oktober 2012


Washington, (Analisa). Singapura kembali menempati urutan teratas dalam studi tahunan Bank Dunia mengenai tingkat daya saing, sementara negara berkembang harus mempercepat reformasi sehingga lebih mudah untuk membuka dan menjalankan bisnis. Bagi Singapura, ini merupakan kali ketujuh secara berturut-turut menyandang predikat tersebut.
"Regulasi praktik bisnis secara perlahan mulai terpusat di tengah upaya negara miskin mempersempit kesenjangan dengan negara yang kinerjanya lebih baik," tutur lembaga keuangan global yang berbasis di Washington itu dalam laporan "2013 Doing Business", seperti dilansir laman Bloomberg, Selasa (23/10).

"Di antara 50 negara dengan tingkat perbaikan ekonomi terbesar sejak 2005, pangsa terbesar—sepertiganya—berada di Sahara Afrika." Dalam laporan itu disebutkan, posisi runner-up ditempati oleh Hong Kong, diikuti Selandia Baru, Amerika Serikat, Denmark, Norwegia dan Inggris, urutan yang sama seperti tahun lalu.

Studi tersebut, sekarang memasuki tahun ke-10 dan dipublikasikan berbarengan dengan International Finance Corporation, meneliti sejumlah indikator, di antaranya waktu yang dibutuhkan untuk memulai bisnis, pelaporan pajak serta ekspor atau impor barang.

Polandia, yang menempati peringkat 55, menunjukkan peningkatan paling tinggi di antara 185 negara yang masuk dalam penelitian ini, karena berhasil memudahkan pendaftaran properti, pembayaran pajak, melaksanakan kontrak dan penyelesaian kebangkrutan.

Beberapa negara lain yang berhasil melaksanakan reformasi secara substansial adalah Sri Lanka, Ukraina, Uzbekistan, Burundi dan Kosta Rika.

"Kami mencatat lebih dari 200 agenda reformasi yang dilacak oleh indikator bisnis di tujuh wilayah yang dicakup oleh Bank Dunia," ucap Augusto Lopez-Claros, Direktur Analisa dan Indikator Global World Bank Group, di Washington.

Peringkat dalam penelitian ini berbeda dengan indeks daya saing global World Economic Forum (WEF), yang memantau berbagai indikator, termasuk kinerja ekonomi makro dan keuangan publik. Forum yang berbasis di Jenewa itu, bulan lalu menetapkan Swiss sebagai negara paling kompetitif.

"Kita memperkirakan terjadi penurunan peringkat dari sebagian besar negara-negara industri dalam survei WEF," papar Lopez-Claros. "Tingkat utang publik sudah naik. Peningkatan utang publik tidak memiliki bantalan pada indikator yang kami teliti."

Yunani, yang berada di garis terdepan dari krisis utang Eropa, meningkatkan peringkatnya dari seratus menjadi 78, sedangkan Italia naik menjadi 73 dari 87.

"Apa yang kita lihat di negara-negara itu pada dasarnya adalah sebuah pemahaman baru bahwa untuk mengatasi masalah fiskal, dalam rangka untuk menggairahkan perekonomian mereka ke jalur penyesuaian fiskal berkelanjutan dan rasio utang yang lebih rendah. Karena itu, mereka harus mengatasi sejumlah masalah seperti daya saing, produktivitas, dan regulasi bisnis," jelas Lopez-Claros.

Afrika Selatan, yang menjadi ekonomi terbesar di Afrika, berada di peringkat ke-39, turun empat tempat dari penelitian sebelumnya. Mauritius, peringkat 19, disebut sebagai negara di Afrika yang paling kompetitif.

Sementara, Republik Afrika Tengah menjadi negara dengan predikat terburuk untuk melakukan bisnis, diikuti oleh Chad, Republik Kongo dan Eritrea



Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar