Atambua (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Belu, Nusa Tenggara Timur, mulai membenahi infrastruktur bandara di
perbatasan RI-Timor Leste tersebut dengan memperpanjang landasan pacu dan
terminal.
"Kita mulai lakukan pengerjaan perpanjangan landasan
dan pembenahan terminal serta sejumlah fasilitas pendukung lainnya yang
berada di bandara tersebut," kata Kepala Bandara Haliwen Atambua Yakobis
Soleman Mozes di Atambua, Senin.
Hingga saat ini, pihak kontraktor sedang melakukan
pekerjaan perpanjangan landasan menjadi 1.600 meter dari sebelumnya 1.400
meter.
Dia mengatakan, perpanjangan landasan pacu di bandara
tersebut penting untuk persiapan kemungkinan bandara tersebut menjadi bandara
transit pesawat berbadan lebar, dengan tujuan tertentu terutama datang dari
Australia.
Ia menjelaskan, kondisi saat ini, Bandara Haliwen dilayani
masing-masing dua penerbangan dengan dua maskapai yaitu SusiAir dan Merpati
Nusantara Airline.
SusiAir dengan kapasitas angkut di bawah 20
"seat" itu melayani rute penerbangan Kupang-Atambua pergi pulang,
sementara maskapai penerbangan Merpati Nusantara menggunakan jenis Foker 50
dengan kapasitas 50 "seat", mengambil rute penerbangan
Ambon-Kiser-Atambua-Kupang pergi pulang.
"Kita berharap, dengan diperpanjangnya landasan pacu
tersebut, akan menarik minat maskapai penerbangan lain untuk datang dan
melakukan penerbangan menuju Atambua," kata Yakobis.
Selain memperpanjang bandara, pekerjaan pelebaran dan
perbaikan terminal di bandara baik terminal kedatangan maupun keberangkatan
juga dilakukan untuk memberikan kenyamanan para penumpang yang akan datang
dan melalui bandara tersebut.
Dia mengatakan, pekerjaan memperpanjang landasan pacu,
serta perbaikan dan pelebaran terminal di Bandara Haliwen menggunakan
anggaran sebesar enam miliar rupiah yang bersumber dari pemerintah pusat
melalui APBN.
Yakobis mengaku, secara berangsur pembenahan dan
peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur di Bandara Haliwen akan
terus dilakukan demi membuka lebih banyak akses penerbangan dari dan ke
Kabupaten Belu.
Hal itu, katanya, juga membawa perubahan dan kemajuan
seluruh masyarakat di kawasan perbatasan antarnegara tersebut.
"Semua akses transportasi dan komunikasi harus terus
dibuka agar bisa membawa dampak yang lebih baik kepada masyarakat di wilayah
batas negara tersebut," kata Yakobis.
Terkait kepemilikan lahan yang menjadi lokasi bandara,
Yakobis mengaku merupakan lahan milik pemerintah dan akan terus diupayakan
untuk diadakan yang baru demi mempersiapakn kemungkinan peningkatan kapasitas
bandara tersebut, menjadi bandara internasional di perbatasan RI-Timor Leste.
"Saat ini Bandara Haliwen beroperasi di atas tanah
pemerintah seluas 40 hektare dan akan terus diperluas sesuai kebutuhan untuk
peningkatan kapasitas bandara," katanya.
Dia berharap, dengan sejumlah upaya peningkatan kapasitas
infrastruktur bandara di Haliwen tersebut, bisa menjadi daya tarik kepada
sejumlah investor termasuk pemilik maskapai penerbangan yang ada untuk
membuka rutenya dari dan ke Atambua dengan tujuan sejumlah daerah lain di
Indonesia serta luar negeri.
"Kalau semakin terbuka, maka kemajuan masyarakat di
daerah ini akan semakin baik," kata Yakobis.
|
Sumber : Analisa
0 komentar:
Posting Komentar