Pemanasan Global Sebabkan Ikan Mengecil

Rabu, 03 Oktober 2012


POTONGAN tipis daging ikan yang mengundang selera makan kini mulai langka dikarenakan aktivitas penangkapan ikan secara besar-besaran oleh kapal-kapal trawl di berbagai samudera. Sajian itu bahkan akan makin jarang pada masa mendatang saat pemanasan global mulai menyebabkan ukuran kecil mengecil.
Masalah itu disorot para ilmuwan dalam studi mereka yang meneliti dampak pemasan global terhadap berbagai species ikan di samudera.

Para periset meneliti model-model komputer untuk mengetahui bagaimana laut-laut yang makin panas sehingga kurang memiliki oksigen mempengaruhi lebih 600 species ikan.

Dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2000, ukuran berat maksimum yang diperoleh ikan-ikan ini akan turun antara 14 hingga 24 persen pada 2050 mendatang.

Ikan-ikan yang menghuni Samudera Hindia paling terpengaruh dampak itu, dengan ukuran turun 24 persen, disusul sejawatnya di Atlantik (24 persen) dan kemudian Pasifik (14 persen), dengan perairan tropis paling terpukul keras.

"Itu merupakan tantangan terus menerus bagi ikan untuk mendapatkan oksigen yang memadai dari air untuk tumbuh, dan situasinya memburuk saat ikan makin besar," ungkap Daniel Pauly dari University of British Columbia di Kanada barat, yang pertama kali mengungkapkan huubungan pemanasan dengan pertumbuhan ikan 30 tahun lalu.

Persulit

"Samudera yang makin panas dan kurang oksigen, seperti diprediksi karena pengaruh perubahan iklim, akan lebih mempersulit ikan lebih besar untuk mendapatkan oksigen memadai sehingga dengan demikian ikan-ikan tersebut akan berhenti tumbuh lagi."
Hasil penelitian para ilmuwan tersebut dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change.

Model yang digunakan bernama A2 scenario, yang melihat kenaikan rata-rata suhu udara atmosfer global -- bukan temperatur laut -- sebesar 3,4 derajat Celsius pada tahun 2100 dibanding tahun 2000.

Hingga beberapa waktu lalu, itu dianggap sebagai skenario pesimistis, namun banyak ahli iklim dewasa ini menegaskan hal tersebut realistis meniliki kenaikan berkelanjutan emisi bahan bakar fosil.

Berdasarkan skenaio A2, suhu dasar laut di Pasifik, Atlantik, Hindia, Samudera Selatan dan Samudera Arktik akan naik rata-rata antara 0,012 dan 0,037 derajat Celsius per dekade hingga tahun 2050 mendatang.

Seiring dengan naiknya suhu udara di samudera-samudera tersebut, level oksigennya juga akan mengalami penurunan kecil tapi progresif, suatu pengukuran yang dinyatakan dalam sebuah unit bernama millimoles.

Penurunan rata-rata per dekadenya, akan berkisar dari 0,1 millimoles per kubik meter di Arktik (Kutub) jadi 1,1 millimoles per kubik meter di Atlantik.

"Meskipun angka perubahan yang diproyeksikan pada suhu udara lingkungan dan konten oksigen terkesan kecil namun berbagai perubahan yang disebabkannya pada ukuran badan maksimum tidak diduga-duga ternyata besar," ungkap laporan tadi. (afp/bh)

Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar