Wisata Sejarah ke India

Minggu, 23 Desember 2012


India adalah salah satu pusat peradaban manusia yang cukup tua. India memiliki sejarah peninggalan peradaban yang kaya dan masih terawat dengan baik hingga sekarang. Salah satu keunggulan pariwisata India adalah pusat-pusat peninggalan kerajaan masa lalu yang tersebar di beberapa kota, seperti Delhi, Agra dan Jaipur. 
Meskipun sekarang jumlah penduduk India lebih kurang 1,2 milyar dan mayoritas menganut agama Hindu, ternyata Islam sebagai minoritas pernah berkuasa di negara ini dan menorehkan jejak peradaban yang sangat mengagumkan bersama peradaban Hindu. Sebagai salah satu pusat peradaban dunia, di India masih dapat kita saksikan beberapa situs sejarah yang berdiri kokoh. 

Beberapa waktu lalu penulis bersama Tim MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman IAIN Sumatera Utara, satu-satunya jurnal perguruan tinggi di Sumut yang terakreditasi oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berkesempatan mengunjungi India dan menyaksikan langsung peninggalan sejarah kebesaran India yang masih berdiri kokoh di tiga kota negara ini. Sebenarnya tujuan utama perjalanan ke India adalah penjajakan kerja sama jurnal dengan berbagai perguruan tinggi di India dalam rangka rencana pengembangan MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman menuju jurnal internasional. 

Pertimbangan memilih India adalah karena tradisi akademik negara Shah Rukh Khan ini sejak dulu sangat kuat terjaga, termasuk penerbitan jurnal ilmiah dalam berbagai bidang. Banyak tokoh pembaru Islam lahir dari India, seperti Sir Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal (yang akhirnya mendirikan Negara Pakistan) dan Sayyid Amir Ali. Tokoh-tokoh tersebut, dengan berbagai variasi pemikiran, mengembangkan gagasan-gagasan mereka ke seluruh dunia Islam. Sampai sekarang pun tradisi akademik tersebut masih terpelihara dengan baik. India termasuk salah satu pusat kajian keislaman. 

Dalam kesempatan ini penulis ingin berbagi pengalaman tentang wisata sejarah di India. Perjalanan wisata dimulai dari Delhi, ibu kota India dan merupakan kota terbesar ketiga di negara tersebut. Delhi terdiri atas dua bagian, yaitu Old Delhi (Delhi Lama), yang merupakan ibu kota kerajaan Muslim antara abad ke-17-19 M. Di sini kita masih mendapatkan banyak masjid, monumen dan benteng yang berkaitan dengan sejarah umat Islam India. Sementara New Delhi adalah kota kerajaan yang dibangun Inggris sebagai pusat pemerintahan mereka. Di New Delhi inilah banyak terdapat kedutaan besar negara sahabat dan gedung-gedung pemerintahan. 

Di antara bangunan tua yang dapat disaksikan di New Delhi adalah Red Fort (Benteng Merah). Red Fort ini merupakan peninggalan imperium Mughal yang dibangun untuk mempertahankan kerajaan dari serangan luar ke Delhi. 

Benteng ini mulai dibangun oleh Shah Jahan pada 1638 dan selesai tahun 1648. Ia tak pernah menyelesaikan pemindahan ibu kota kerajaannya, Mughal, dari Agra ke kota barunya Shahjahanabad di Delhi, karena ia ditahan dan dipenjarakan oleh anaknya sendiri, Aurangzeb, di Agra Fort (Benteng Agra). 

Pintu masuk utama Red Fort disebut dengan Lahore Gate (Gerbang Lahore), karena gerbang tersebut menghadap ke Lahore yang sekarang masuk wilayah Pakistan. Selama masa perjuangan kemerdekaan, tokoh-tokoh nasionalis India sering menyampaikan pidato keinginan mereka melihat bendera India berkibar di Red Fort ini. Setelah kemerdekaan, Red Fort menjadi tempat para pemimpin bangsa seperti Nehru dan Indira Gandhi menyampaikan pidato. Pada setiap peringatan hari kemerdekaan India, 15 Agustus, perdana menteri juga menyampaikan pidato di sini. 

Masih banyak lagi bangunan tua yang berdiri kokoh di New Delhi, namun tidak dapat kami singgahi semua karena perjalanan masih harus dilanjutkan ke Agra, salah satu kota di Uttar Pradesh. Di sini ada bangunan monumental bernama Taj Mahal, sebuah makam yang dibangun oleh Raja Shah Jahan dari Dinasti Mughal untuk istrinya Mumtaz Mahal yang sangat dicintainya. 

Jarak dari Delhi ke Agra sekitar 200 kilometer. Sayangnya, di tengah perjalanan bus tumpangan kami mengalami kerusakan di jalan tol. Hampir dua jam kami menunggu bus baru untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 17.00 waktu setempat kami baru tiba di Agra. Karena sudah sore dan sedang musim dingin, kami tidak dapat lama menikmati keindahan Taj Mahal yang sungguh luar biasa. 

Seluruh bangunan terbuat dari marmer putih pilihan yang didatangkan dari Persia. Dinding-dinding bangunan diukir dengan ukiran yang sangat njelimet dan halus. Bagian dalam bangunan juga menggambarkan kehalusan seni arsitektur abad ke-17. Di dalam bagian depan inilah terletak pusara permaisuri Mumtaz Mahal berdampingan dengan Raja Shah Jahan. Ketika kami masuk, terdapat sekitar ribuan turis dari berbagai belahan dunia di Taj Mahal. Bahkan ketika kami akan keluar masih ada juga pengunjung yang antri ingin menyaksikan bangunan terindah abad ke-17 M tersebut. Padahal pukul 18.00 semua pengunjung harus sudah keluar dari Taj Mahal.

Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan ke Jaipur, sebuah kota tua yang jaraknya sekitar 200 km dari Agra. Kota Jaipur juga disebut dengan Pink City, karena bangunan-bangunan tua di kota ini berwarna pink. Menurut sejarah, penyeragaman warna pink pada bangunan-bangunan kota dimaksudkan untuk menyambut kedatangan Pangeran Albert dan Ratu Victoria dari Inggris pada tahun 1863. Selain itu, Jaipur juga dikenal sebagai surganya para turis. Di sini terdapat beberapa istana dan benteng tua yang mengagumkan. Tidak mengherankan kalau kota ini dinamakan juga dengan "Kota Istana dan Benteng". Di antaranya adalah Hawa Mahal, City Palace, Amber Fort, Jantar Mantar dan Jal Mahal. Namun, karena keterbatasan waktu, kami hanya dapat menikmati Hawa Mahal, City Palace dan Amber Fort.

Hawa Mahal atau Istana Angin adalah peninggalan dinasti Hindu di Jaipur. Istana ini dibangun oleh Raja Sawai Pratap Singh tahun 1799 sebagai tempat bagi para gundik untuk menikmati keseharian mereka di dalam istana. Pembangunan Hawa Mahal dipimpin oleh seorang arsitek bernama Usta Lal Chand. Hawa Mahal terdiri atas 953 lekukan dan 152 jendela yang sangat indah. Dari Hawa Mahal kami melanjutkan penelusuran warisan sejarah India ke City Palace. Istana ini dibangun antara tahun 1729-1732 oleh Raja Sawai Jai Singh di pusat kota Jaipur dan menempati sepertujuh luas kota tersebut. 

Kompleks istana ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan terdiri atas halaman istana yang dikelilingi tembok, taman dan bangunan-bangunan lainnya. Arsitektur City Palace merupakan gabungan dari seni arsitektur Rajput dan Mughal. Di dalam istana masih tersimpan dengan rapi pakaian para raja dan permaisurinya, kereta kuda, peralatan perang dan peninggalan kerajaan lainnya.

Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Amber Fort. Benteng ini terletak di atas bukit sekitar 11 km dari kota Jaipur. Untuk menuju lokasi ini, transportasi yang paling dapat menjangkaunya adalah kendaraan jeep. Amber Fort pada mulanya dibangun oleh Raja Bihar Mal pada tahun 1558 dan dilanjutkan oleh anaknya Raja Man Singh. Di bawah benteng terdapat danau yang sangat indah yang menjadi sumber air bagi kerajaan. Pengambilan air danau tersebut dilakukan dengan sistem hidrolik. 

Di sekitar benteng yang terdiri atas bebukitan juga dibangun tembok pertahanan mirip tembok Cina. Ini dimaksudkan untuk menahan musuh memasuki kota Jaipur. 

Setelah puas menyaksikan situs-situs peninggalan sejarah India masa lalu, kami kembali ke penginapan di KBRI New Delhi dan bersiap-siap akan kembali ke Medan. 



Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar