Dssp Power Raih Pinjaman 318 Juta Dolar

Rabu, 05 Desember 2012


Jakarta, (Analisa). PT DSSP Power Sumsel (DSSP) selaku anak usaha PT Sinar Mas Energy and Infrastructure (DSS), meraih pinjaman senilai 318 juta dolar AS dari China Development Bank (CDB).
Pinjaman ini akan digunakan untuk pembangunan listrik mulut tambang berkapasitas 2x150 Mega Watt (MW) di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

"Dana sebesar 318 juta dolar AS akan digunakan untuk membeli mesin dan peralatan dari China National Electric Engineering Co. Ltd," kata Director & Corporate Secretary DSS, Hermawan Tarjono, pada acara penandatanganan kesepakatan pinjaman dari CDB di Jakarta, Selasa.

Menurutnya nilai investasi keseluruhan proyek pembangunan listrik mulut tambang berkapasitas 2x150 MW mencapai lebih dari 400 juta dolar AS dan akan beroperasi pada 2015.

Proyek pembangunan listrik mulut tambang berkapasitas 2x150 MW itu, menurut Hermawan, merupakan bentuk dukungan sektor industri kepada pemerintah. Proyek ini untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di penjuru nusantara dan tertuang dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2010-2019. 

"Proyek di Sumatera Selatan ini merupakan proyek Independent Power Producer (IPP) pertama milik DSS yang akan memasok kebutuhan listrik PLN melalui skema "build, own, operate and transfer" (BOOT) selama 25 tahun berdasarkan perjanjian jual beli tenaga listrik yang ditandatangani pada 3 November 2011," paparnya.

DSS, lanjut Hermawan, sebagai perusahaan induk DSSP pada tahun lalu berhasil mencatatkan perolehan pendapatan sebesar 591 juta dolar AS, meningkat 62 persen dibandingkan 2010.

"Proyek ini menjadi awal komitmen kami dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik nasional yang terus bertambah seiring dinamika perekonomian dan sosial yang semakin meningkat," ujarnya.

Sedangkan Managing Director Sinar Mas, G. Sulistiyanto, menyebutkan bahwa sejak 2006, jumlah komitmen pendanaan CDB di Indonesia mencapai 6 miliar dolar AS dan 2,2 miliar dolar AS sudah terealisasi.

"Kesepakatan dengan CDB semakin memperkuat hubungan yang telah berlangsung dan sejalan dengan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan mendukung program hilirisasi industri nasional," tandasnya.

Tarif Listrik RI Lebih Murah

PT PLN (Persero) menyatakan, tarif listrik di Indonesia merupakan yang paling murah di Asia Tenggara. Saat ini subsidi yang diberikan pemerintah untuk tiap kwh listrik mencapai Rp 510.

Direktur Utama PLN Nur Pamudji dalam Live Chat bersama detikForum mengatakan, tarif listrik untuk rumah tangga di Indonesia mencapai 7 sen dolar, di Thailand 9 sen dolar, di Malaysia 11 sen dolar, dan di Filipina 11,7 sen dolar.

"Biaya rata-rata PLN Rp 1.240/kwh, biaya di Jawa sekitar Rp 1.200, biaya di luar Jawa bervariasi, tergantung lokasinya. Cash flow PLN positif karena ada subsidi," ujar Nur dalam Live Chat yang dilakukan di kantor detikcom, Jakarta, Selasa (4/12).

Nur mengatakan, sebanyak 73% dari biaya listrik adalah biaya bahan bakar, kalau untuk biaya pegawai hanya 8,3%. "Jadi kalau pun semua pegawai PLN tidak digaji, penurunan costnya tidak sampai membuat tarif listrik tak perlu naik," jelas Nur.

Nur yang juga mantan Direktur Energi Primer PLN zaman Dahlan Iskan mengatakan, sampai tahun ini 50% energi pembangkit listrik PLN berasal dari batubara, 17% dari minyak, 23% dari gas, 5% dari panas bumi, dan 7% dari tenaga air.

"Biaya membangkitkan listrik Rp 1.240 per kwh, dijual ke masyarakat Rp 730 per kwh, jadi untuk setiap kwh ada subsidi Rp 510," ungkap Nur.

Soal anggapan masyarakat yang menganggap saat ini PLN monopoli listrik, Nur juga menjawab. Dikatakan Nur, swasta boleh masuk untuk berbisnis listrik di daerah manapun. "Tapi sejauh ini, swasta maunya cuma bikin pemangkit listrik. Kalau harus menjual sampai ke rumah-rumah mana tahan. Cuma PLN yang jualan energi sampai ke rumah-rumah, swasta belum ada yang mau," papar Nur.

PLN saat ini juga tengah aktif membangun pembangkit tenaga matahari di daerah terpencil. Ini dilakukan karena di daerah terpencil sulit mendapatkan BBM, sehingga baru bisa tenaga matahari yang kapasitasnya terbatas karena mahalnya investasi untuk listrik tenaga matahari.




Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar