Harga Rp 300 juta, mobil listrik Dahlan tidak akan laku

Sabtu, 22 Desember 2012


Harga Rp 300 juta, mobil listrik Dahlan tidak akan lakuMobil listrik kebanggaan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang dibuat oleh Dasep Ahmadi, digadang-gadang menjadi mobil nasional.  Dahlan sendiri yang akan memperjuangkan mobil buatan anak bangsa ini untuk menjadi mobil nasional, sekaligus mobil masa depan.
Prototipe mobil listrik Ahmadi yang dipamerkan Dahlan ke publik pada Senin (16/7), lebih mirip mobil Hyundai AtoZ dengan warna hijau. Di pintu mobil ditulis Let's Green and Go Electric yang bertujuan mengingatkan publik akan salah satu keunggulan mobil listrik yaitu ramah lingkungan.
"Jadi mobil listrik kan ada yang hybrid, itu sebenarnya menyelematkan kondisi lingkungan, dan hemat BBM," ungkap Sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Ellen Tangkudung kepada merdeka.com, Senin (16/7) malam.
Menurutnya, harus diakui bahwa terobosan melahirkan mobil listrik sebagai inovasi sekaligus jawaban untuk mengurangi emisi gas buang. Terlebih, Indonesia sudah berkomitmen mengurangi efek rumah kaca. "Potensi polusi harus dikurangi karena mobil tua memang punya polusi besar dan tidak hemat," ujarnya.
Mobil listrik Ahmadi rencananya akan dijual sekitar Rp 300 juta per unit. Menurut Dasep, sang pencipta mobil tersebut, investasi mobil ini memang cukup mahal dibandingkan mobil yang menggunakan bahan bakar minyak.
"Iya, investasinya mahal. Antara Rp 200 juta hingga Rp 300 juta," ungkap Dasep.
Untuk pembuatan mobil sendiri saat ini menghabiskan waktu sekitar 1,5 tahun. Meskipun harganya mahal, untuk biaya operasional mobil ini jauh lebih murah dibandingkan mobil konsumsi BBM. Mobil ini hanya mengkonsumsi sekitar Rp 1000 untuk 10 km.
"Biaya operasional sama kayak motor. Dan ke bengkel juga setiap 50.000 km saja, karena yang dicek tidak banyak," tambahnya.
MTI memaklumi jika harga mobil tersebut setinggi langit. Sebab teknologi yang digunakan harus canggih. Namun, dengan banderol Rp 300 juta per unit, besar kemungkinan mobil listrik Ahmadi sulit laku di pasar dalam negeri. Sebab, orang lebih memilih membeli mobil-mobil buatan Jepang atau Eropa yang sudah terbukti berkualitas internasional.
Harga mobil buatan Jepang pun lebih murah dibandingkan Ahmadi. Konsumen bisa membeli Honda New City seharga Rp 285 juta atau Honda CRV yang dibanderol seharga Rp 300 juta. Konsumen juga bisa lebih memilih membeli mobil Honda Jazz seharga Rp 224 juta.
Jika ingin merek lain, konsumen bisa membeli mobil Toyota New Vios yang dibanderol dengan harga Rp 267 juta untuk jenis yang paling mahal. Harga mobil listrik Ahmadi yang diperkirakan Rp 300 juta, bisa untuk membeli 2 mobil Toyota New Avanza yang hanya dibanderol Rp 150 juta. 
"Karena mahal dan mewah sekarang orang juga tidak mau pakai," kata Ellen.
Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia  (Gaikindo) Yongkie Sugiarto. Pada dasarnya, harga jual sebuah mobil disesuaikan dengan tipe dan karakteristik mobil tersebut. "Kalau sedan Rp 300 juta siapa yang mau beli, kalau tipenya seperti mercy (mobil gede) ya alhamdulillah. Tipe mobilnya apa dulu.," singkat Yongkie.
Anggota Komisi VI DPR Airlangga Hartarto mengatakan, mahalnya produksi dan harga jual mobil listrik tidak lepas dari teknologi asing yang digunakan. Komponen pendukung mobil listrik biasanya harus didatangkan dari luar negeri atau impor. Hal ini yang membuat harga jual mobil tersebut mahal.
"Green car kan teknologi asing. Barang green car kan jadi barang impor juga," kata Airlangga.
Menurutnya, jangankan mobil listrik, harga jual mobil konvensional saja (yang menggunakan BBM) di Indonesia termasuk kategori yang paling mahal dibanding negara lain di dunia. "Kita  cuma lebih murah dari singapura," imbuhnya. 
Dia menjelaskan, komponen mobil menjadi salah satu faktornya. Untuk perakitan mobil di dalam negeri, komponen mobil mahal karena biaya masuk yang juga tinggi.


Sumber : Merdeka.com

0 komentar:

Posting Komentar