RI Perlu Waspada Overheating di Pasar Modal dan Properti

Kamis, 20 Desember 2012


Jakarta, (Analisa). The World Bank (Bank Dunia) baru saja merilis perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia dalam Desember 2012. Banyak hal menarik yang diungkapkan Bank Dunia.
Salah satunya mengenai sektor pasar modal dan properti yang sudah mulai timbul tanda-tanda overheating alias kepanasan.

"Pinjaman investasi terus meningkat dengan kuat, naik 30,3 persen pada tahun berjalan hingga Oktober. Angka ini adalah laju pertumbuhan paling tinggi tahun-ke-tahun selama 9 bulan," jelas Bank Dunia seperti dikutip dalam laporannya, Kamis (20/12).

Menurut Bank Dunia, pertumbuhan kredit modal kerja melambat menjadi 22 persen tahun-ke-tahun pada bulan Oktober, dari 29 persen di bulan Mei, dan pertumbuhan kredit konsumen sedikit melemah menjadi 18.9 persen tahun ke tahun.

Kenyataan bahwa sebagian besar kredit ditujukan kepada modal kerja dan investasi, bersama-sama dengan upaya kehati-hatian dari BI, telah meredam kekhawatiran tentang keberlanjutan pertumbuhan kredit.

"Namun sangatlah penting untuk mengamati timbulnya tanda-tanda awal terjadinya overheating pada pasar modal dan properti, yang dapat berlanjut kepada penurunan kualitas kredit," ungkap Bank Dunia.

Harga-harga penjualan kantor komersil di Jakarta dan sekitarnya naik tajam ke level baru (sejak data dimulai 2008) pada kuartal ketiga sebesar 33 persen tahun ke tahun, walaupun penawaran ruang kantor baru yang besar diperkirakan pada awal 2013 yang dapat menahan kenaikan lebih lanjut.

Bank Dunia juga mengungkapkan ekonomi Indonesia di 2013 diperkirakan masih tetap positif walaupun ekonomi dunia tetap lemah, namun mempertahankan pertumbuhan invetsasi yang kuat sangat penting.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1 persen untuk tahun 2012, sedikit meningkat di 2013 menjadi 6,3 persen. 

"Proyeksi ini mengasumsikan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi masih bertahan kuat, dengan membaiknya pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia secara bertahap yang juga sedikit mendorong pemulihan ekspor," jelasnya.

Outlok ekonomi dunia, tulis Bank Dunia masih dibayangi ketidakpastian dan rentan terhadap tekanan-tekanan hasil dari negosiasi "jurang fiskal" di AS, perkembangan di zona Euro, dan juga berlanjutnya perlambatan ekonomi China, dapat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan baseline Bank Dunia sendiri.



Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar