Mendengar kata Kebun Binatang Medan?
atau KBM seakan menimbulkan trauma tersendiri bagi kepala daerah Kota Medan.
Masalah ruislag KBM membuat Walikota dan Wakil Walikota Medan periode
sebelumnya tersangkut masalah hukum, bahkan belum terselesaikan secara tuntas
hingga sekarang di Pengadilan Negeri Medan.
Mungkin karena masalah tersebut,
Bapak Drs. Rahudman Harahap, Walikota Medan, agak berhati-hati dalam mengelola
KBM secara serius. Usulan demi usulan agar KBM dikelola secara profesional
dengan mengundang investor dari swasta kerap datang. Tapi tampaknya Bapak
Walikota belum berkenan menanggapi lebih lanjut.
Padahal KBM jika dikelola dengan baik akan menjadi sumber pendapatan asli
daerah (PAD), sebagai tempat kunjungan wisata, rekreasi keluarga, wahana
pendidikan, pusat konservasi, penelitian dan pengembangan margasatwa, serta
dapat menjadi ikon Kota Medan. Keberhasilan dalam mengembangkan KBM tentu akan
melambungkan nama Walikota Medan sebagai prestasi yang patut dikenang dan
dibanggakan.
KBM saat ini dikelola oleh Pemerintah Kota Medan melalui PD Pembangunan. KBM
yang dulu berlokasi di Kampung Baru Jalan Brigjen Katamso Kecamatan Medan
Maimun. sejak beberapa tahun lalu berpindah di Jalan Pintu Air / Bunga Rampai
IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan, sekitar 10 Km dari pusat
Kota Medan. KBM di lokasi baru memang lebih luas dari lokasi yang lama dengan
luas areal sekitar 30 H. KBM diresmikan oleh Walikota Medan, Drs. Abdillah pada
14 April 2005.
Koleksi hewan di KBM diantaranya gajah, buaya, kijang, kuda, orang utan, kera,
harimau, beruang, landak, aneka jenis burung, ular, kura-kura, iguana dan hewan
lainnya. Dengan harga tiket masuk Rp 5.000, pengunjung bisa berjalan
berkeliling mengitari area KBM yang sedikit berbukit di sepanjang jalan paving
block. Ada wahana tunggang gajah yang terdapat di atas bukit datar di tengah
kebun binatang. Tarifnya cukup terjangkau, pengunjung biasanya antri untuk bisa
menikmati rasanya menunggang gajah. Untuk kenang-kenangan, para pengunjung juga
bisa berpose di atas gajah, fotonya langsung dicetak di tempat. Selain itu, ada
juga arena tunggang kuda untuk anak-anak.
Fasilitas
Fasilitas di lokasi baru juga lebih lengkap karena ada wahana outbond, walaupun
tampaknya tidak diaktifkan hanya flying fox saja yang masih dipergunakan.
Kemudian ada penambahan wahana permainan untuk anak-anak seperti perosotan,
ayunan dan jungkit-jungkit di beberapa tempat. KBM buka setiap hari pukul 09.00
sampai dengan 17.00 WIB. Jika hari Minggu atau liburan sekolah tiba, jumlah
pengunjung KBM cukup membludak. Hal ini menandakan bahwa warga Kota Medan dan
sekitarnya haus akan tempat rekreasi keluarga.
Menimbang masih ada lahan kosong yang cukup luang, sebenarnya bisa ditambah
fasilitas baru seperti wahana permainan paintball yang lagi tren di kalangan
anak muda, pembuatan danau buatan dengan fasilitas sampan/sepeda dayung, pentas
hiburan, dan wahana tempat segala jenis hewan air (aquarium).
Dari segi fasilitas memang ada penambahan yang signifikan dibanding KBM yang
lama. Tapi dari segi koleksi jumlah hewan, kondisi hewan dan kondisi kandang,
ternyata tidak berbeda dengan yang lama. KBM benar-benar menjadi "penjara?
bagi hewan, bukan sebagai tempat perlindungan atau konservasi.
Kandang-kandang yang ada di dalam kebun binatang sebenarnya sangat sempit untuk
pergerakan hewan. Sebagian ada yang terlihat berkarat dan agak rusak. Pada
kandang burung, hewannya tampak tidak bergairah karena kandang sempit, tampak
tidak terurus, sisa-sisa makanan dan kotoran burung tampak berserak.
Untuk kandang hewan reptil juga tampak "menyeramkan" dan seperti
tidak terurus. Kandang tampak bau, jorok dan air kolamnya tampak berlumut hitam
kehijauan, seperti pada kandang buaya dan ular. Hewan tersebut seperti tidak
hidup, karena hanya diam saja. Kemudian kandang gorila yang penuh sampah daun
kering, kandang landak juga bau karena dipenuhi dengan kotoran landak. Harimau
sumateranya juga tampak kurus.
Tawaran Investasi
KBM mempunyai potensi yang bisa ditingkatkan kembali secara maksimal, baik dari
segi fasilitas, wahana, pelayanan, dan penambahan koleksi beberapa jenis hewan
lainnya. Sebenarnya ada tawaran investasi dari pihak swasta, misalnya dari
pengusaha yang sekaligus anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Sumatera
Utara, DR Rahmat Shah. Komitmen beliau dalam pelestarian fauna tidak diragukan
lagi.
Galeri Rahmat Shah yang menyimpan aneka koleksi hewan awetan dari seluruh dunia
adalah prestasi yang harus diapresiasi oleh semua pihak. Hewan-hewan yang
diawetkan tersebut adalah hewan tua yang sudah tidak produktif lagi. Perburuan
dan proses pengawetan hewan-hewan tersebut telah mendapat izin dari
masing-masing pemerintah tempat hewan tersebut berasal.
Coba bayangkan jika terjadi sinergi dan kolaborasi antara KBM dengan Galeri
Rahmat Shah. Keduanya bisa menjadi tempat wisata bertaraf nasional bahkan
internasional, tempat rekreasi keluarga, wahana pendidikan, penelitian dan bisa
menjadi ikon Kota Medan yang baru. Arah ke sana sebenarnya telah dijajaki oleh
DR Rahmat Shah dengan menawarkan investasi bagi pengembangan KBM. Apalagi,
kondisi KBM tersebut saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan dan tidak
berkembang setelah enam tahun berdiri.
"Saya pribadi sangat menyesalkan keberadaan Kebun Binatang Medan yang
kurang terurus. Padahal, sebagai Ketua Persatuan Kebun Binatang Seluruh
Indonesia (PKBSI), saya ingin menjadikan KBM tersebut sebagai maskot Kota Medan
dalam hal pelestarian satwa," ujar Rahmat Shah seperti yang dikutip banyak
media massa (17/2/2011).
"Saya sangat prihatin dengan kondisi satwa kita yang ada di kebun binatang
Medan. Kondisinya sangat memprihatinkan sekali. Ini bukan untuk kepentingan
saya pribadi, tidak pula untuk kepentingan menjadi gubernur. Marilah, kita
lepaskan itu semua dan bersama memikirkan bagaimana membangun Kota Medan
ini," ujar Rahmat Shah .
Untuk itu, Rahmat Shah menyatakan niatnya untuk mengelola KBM agar lebih baik
lagi, termasuk melakukan investasi yang langsung disambut baik oleh Walikota
Medan. Untuk tahap pertama, dia akan menyertakan investasi sekitar Rp 10
miliar, walau sebenarnya dibutuhkan Rp 50 miliar untuk membangun KBM menjadi
lokasi wisata yang lebih baik.
Dia menjelaskan, untuk membangun KBM diperlukan penataan dan penambahan sarana
dan prasarana termasuk perbaikan kandang, tambahan pekerja, melestarikan
pohon-pohon di sekitar hingga menambah kolam renang dan sarana bermain
anak-anak. Dengan begitu, dia yakin minat kunjungan warga ke KBM akan meningkat
selain peningkatan tarif masuk dari Rp 5.000 menjadi Rp 8.000 dapat dilakukan.
"Saya sangat yakin KBM ini bisa lebih berkembang lagi. Tidak seperti kebun
binatang Siantar yang sudah habis belasan miliar. Saya tidak yakin itu bisa
berkembang. Tapi di KBM Medan, saya yakin bisa berkembang karena lokasinya
sangat luas. Dan pendapatan dapat kita peroleh dari tarif masuk. Ini yang kita
lihat sangat potensial," ungkapnya sembari berjanji akan mendatangkan
satwa langka dari luar negeri maupun dalam negeri.
Tapi sayangnya, keinginan tersebut belum direspon secara positif oleh Walikota
Medan. Banyak hal yang akan diperoleh masyarakat Kota Medan jika Kebun Binatang
Medan tersebut dikelola dengan baik, seperti akan dijadikan sebagai areal
konservasi, pendidikan, riset hingga tempat hiburan dan rekreasi keluarga.
Padahal Walikota Medan Drs Rahudman Harahap sendiri pernah mengatakan bahwa
jika KBM terus dikelola oleh PD Pembangunan akan monoton dan tidak bisa
menjanjikan. Jadi Kebun Binatang ini ke depan harus bisa berubah, dalam arti
bisa menjadi tempat yang betul-betul disenangi masyarakat sebagai rekreasi dan
pusat pendidikan bagi pelajar kita, ujar Rahudman.
Maka sebenarnya keinginan Pak Wali tersebut sangat sejalan dengan keinginan DR
Rahmat Shah. Maka yang diperlukan selanjutnya adalah komunikasi intensif dan
menyamakan persepsi untuk sama-sama membangun KBM demi kemajuan Kota Medan
secara keseluruhan. Hilangkan ego dan ambisi pribadi, hilangkan prasangka
tujuan politis di dalamnya. Semua pihak harus duduk bersama, merumuskan suatu
persetujuan kerjasama yang sama-sama menguntungkan.
Betapa indahnya jika terjadi sinergi dan kolaborasi antara Pak Wali dengan Pak
Rahmat Shah untuk membenahi kembali Kebun Binatang Medan. Saya memimpikan suatu
tempat wisata keluarga sekaligus wahana pendidikan yang terintegrasi antara KBM
dengan Galeri Rahmat Shah. Alangkah luar biasanya Kota Medan! ***
Sumber: analisa